Sabtu 14 Oct 2017 01:22 WIB

Musim Kemarau, Produksi Petani Sawit Turun Drastis

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Presiden Joko Widodo bersama Menko Perekonomian, Darmin Nasution, Menteri ATR, Sofyan Djalil, Menteri Pertanian, Amran Sulaeman melakukan kunjungan ke perkebunan sawit rakyat di Kabupaten Bayuasin, Sumatera Selatan, Jumat (13/10).
Foto: Republika/Intan Pratiwi
Presiden Joko Widodo bersama Menko Perekonomian, Darmin Nasution, Menteri ATR, Sofyan Djalil, Menteri Pertanian, Amran Sulaeman melakukan kunjungan ke perkebunan sawit rakyat di Kabupaten Bayuasin, Sumatera Selatan, Jumat (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID,MUSI BANYUASIN -- Musim kemarau berkepanjangan pada awal tahun kemarin membuat para petani kelapa sawit mengalami penurunan produksi. Selain karena usia pohon yang sudah tua, faktor cuaca membuat petani yang biasanya bisa meraup 32 ton Tandan Buah Segar (tbs) menjadi 6 sampai 10 ton tbs per hektar.

Supomo (65) salah satu petani kelapa sawit mengatakan menurunya produksi kelapa sawit ini membuat para petani sawit gigit jari. Belum lagi harga yang dipasang oleh para pengepul juga tak banyak. Hal ini membuat para petani kelapa sawit harus melakukan penuran pendapatan.

"Biasanya bisa 7 sampai 8 ton CPO per panen, tapi sekarang hanya 1,5 ton per panen," keluh Supomo saat ditemui di Perkebunan Rakyat, Jumat (13/10).

Tak hanya Supomo, Sumitro (40) petani yang memiliki lahan perkebunan seluas 4 hektar ini juga harus menelan penurunan produksi yang sama. Namun, Sumitro menjelaskan bahwa faktor cuaca sebenarnya bisa diantisipasi jika kualitas bibit kelapa sawit bagus. Sebab, kualitas bibit kelapa sawit yang bagus memiliki salah satu keunggulan yaitu resisten terhadap cuaca. "Jadi kita juga butuh bibit kelapa sawit yang bagus juga," ujar Sumitro.

Saat ini tercatat, bahwa harga jual tandan buah segar (tbs) kelapa sawit berada dalam posisi Rp 1.700 per kilogram di tingkat pengepul. Biasanya, jika tak lagi musim paceklik, harga jual tbs bisa mencapai Rp 2.000 per kilogram. Dengan harga jual di tingkat pengepul dibawah Rp 2.000 artinya para petani tidak bisa menutup ongkos pemeliharaan perkebunan kelapa sawit. Sebab, margin yang terjadi apabila di harga Rp 1.700 sangatlah besar.

Turunnya harga buah sawit di daerah ini mempengaruhi kepada perawatan. Karena, jika harga buah sawit lebih tinggi, mereka juga dapat lebih fokus untuk melaksanakan perawatan, seperti porsi pemupukan lebih ditingkatkan ketimbang harga sawit lebih rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement