REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI KERTANEGARA — Berkarier selama 13 tahun di sektor minyak dan gas (migas) umumnya membuat seseorang enggan berganti haluan. Namun, tidak demikian dengan Hadi Sugianto, pria berusia 45 tahun asal Kalimantan Timur ini justru memilih meninggalkan profesi itu dan menekuni dunia pertanian sejak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Lima tahun berselang, keputusan itu membuahkan hasil yang memuaskan. Hadi kini menggarap enam hektar lahan padi di Desa Bukit Raya, Kecamatan Samboja, Kalimantan Timur. Hadi bahkan bisa menghasilkan omzet menyentuh ratusan juta rupiah setiap kali panen.
“Bidang pertanian kalau kita betul-betul tekuni ternyata dari segi penghasilannya justru bisa lebih daripada kita ikut kerja di perusahaan. Mobil, peralatan pertanian seperti bajak sekarang Alhamdulillah sudah mampu saya beli,” ungkap salah satu petani binaan program Agrosolution PT Pupuk Kaltim tersebut lewat keterangan tertulis.
Sebelum menekuni dunia pertanian, Hadi bekerja sebagai pegawai di perusahaan pengeboran migas yang beroperasi di Muara Jawa, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Meski gajinya cukup untuk menghidupi delapan anggota keluarga, Hadi merasa penghasilannya stagnan dan tidak memberikan ruang untuk berkembang.
Hingga akhirnya, pada 2020, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan mencoba peruntungan sebagai petani. Berbekal tekad dan dukungan keluarga, Hadi mulai mengelola lahan milik mertua, serta meminjam lahan milik tetangganya seluas dua hektar untuk ditanami padi.
Langkah awal Hadi sebagai petani memang tidak mudah. Pada musim panen pertama, ayah empat orang anak ini hanya mampu memanen sekitar 30% dari total lahan yang digarap. Penghasilannya waktu itu bahkan hanya cukup untuk menutup biaya produksi dan kebutuhan sehari-hari. “Waktu itu saya hampir putus asa, kok hasil pertanian hanya segini-segini aja,” kenangnya.
