REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi (29/8) bergerak menguat sebesar 16 poin menjadi Rp 13.324 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.340 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pergerakan dolar AS kembali melemah terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, The Fed yang belum memberi pandangan moneternya direspons negatif pasar. "Tidak seperti yang diharapkan pasar, Ketua The Fed Janet Yellen dalam simposium di Jackson Hole, Wyoming tidak memberi gambaran mengenai kapan dan bagaimana teknis program pengetatan suku bunga dilaksanakan," katanya.
Kondisi itu, kata dia, membuat aset-aset di negara berkembang, termasuk Indonesia kembali diminati pelaku pasar sehingga rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS. Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali berada di area positif turut menjadi faktor positif bagi mata uang berbasis komoditas. Harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,56 persen menjadi 46,83 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,46 persen menjadi 52,13 dolar AS per barel.
Di sisi lain, kata dia, sentimen dari dalam negeri juga cukup kondusif. Pemerintah yang optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional ke depan turut membuat aset-aset berdenominasi rupiah masih diminati pelaku pasar. "Aksi beli terjadi pada obligasi di dalam negeri, situasi itu menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah stabil dengan kecenderungan menguat," katanya.