REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyebut sejumlah pabrik pemintalan benang (spinning) mulai mengurangi produksi karena permintaan yang menurun. Namun, menurut dia, sampai saat ini belum ada laporan pabrik yang sampai berhenti berproduksi.
"Berhenti sih nggak, tapi kurangi shift kerja," kata Ade, ditemui di kawasan Harmoni, Jakarta Barat, Rabu (19/7).
Ia mengakui permintaan produk tekstil mengalami penurunan, terutama dari pasar ekspor. API mencatat, selama semester pertama 2017 nilai ekspor tekstil dan produk tekstil turun dari 13 miliar dolar AS menjadi 11,8 miliar dolar AS.
Kemudian, kondisi itu diperburuk dengan melemahnya daya beli masyarakat yang sangat memengaruhi pasar domestik. Ade menilai, pencabutan subsidi untuk tarif dasar listrik merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat menahan belanja.
Untuk menggairahkan kembali pasar, Ade berharap pemerintah tidak membuat kebijakan yang memicu sentimen negatif masyarakat. Selain itu, ia juga berharap pemerintah serius dalam menertibkan impor ilegal yang banyak berupa produk tekstil.
Sebelumnya, Nielsen Indonesia mencatat sektor penjualan ritel Indonesia mulai Januari sampai Mei 2017 hanya tumbuh 3,1 persen. Angka pertumbuhan yang hanya 3,1 persen itu merosot 7,4 persen dibanding kinerja pertumbuhan di periode yang sama pada 2016 yang tercatat 10,5 persen.