Rabu 12 Jul 2017 18:11 WIB

BNI akan Suntik Modal BNI Syariah Rp 1 Triliun

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Petugas Teller melayani nasabah di banking Hall BNI Syariah, Jakarta, Jumat (7/7).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Petugas Teller melayani nasabah di banking Hall BNI Syariah, Jakarta, Jumat (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI akan segera merealisasikan suntikan modal untuk anak usaha Bank BNI Syariah. Nilai yang ditetapkan yakni sebanyak Rp 1 triliun.

Direktur Keuangan BNI Rico Budidarmo menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan dana sekitar Rp 1 triliun untuk ekspansi anak usaha syariah. "Sudah kita siapkan untuk BNI Syariah sekitar Rp 1 triliun. Mudah-mudahan bisa secepatnya dalam semester ini," ujar Rico di Kantor BNI 46, Jakarta, Rabu (12/7).

Menurut Rico, secara lebih fundamental pihaknya ingin mendorong BNI Syariah dengan bank syariah anak usaha BUMN syariah ke depannya untuk lebih berkontribusi lagi secara signifikan. Baik melalui akuisisi merger maupun divestasi atau pembagian saham. Rencana tersebut masih dalam proses penggodokan di Kementerian BUMN.

Selain ke BNI Syariah, Bank BNI juga akan segera mengeksekusi untuk akuisisi perusahaan asuransi dan investasi perusahaan aset management.

"Kami akan mengkaji beberapa investasi yang bisa in line. Total secara keseluruhan untuk anak usaha disiapkan Rp 2-3 triliun, nanti kita lihat bahwa baik melalui penyertaan pinjaman seterusnya," ungkapnya.

Dengan upaya ini, kata Rico, diharapkan setelah tahun 2018, anak usaha akan dapat berkontribusi ke laba induk sebesar 10 persen dari sebelumnya hanya 5 persen.

Adapun laba bersih Bank BNI pada Semester I 2017 tumbuh sebesar Rp 6,41 triliun atau meningkat 46,7 persen dibandingkan laba bersih pada Semester I tahun 2016.

Direktur Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menjelaskan, laba Bersih tersebut disumbang dari Nett Interest Income (NII) sebesar Rp 15,40 triliun atau tumbuh 10,7 persen (yoy) terhadap Semester I - 2016, serta Pendapatan Non Bunga sebesar Rp 4,65 triliun atau tumbuh 17,9 persen (yoy) dari Pendapatan Non Bunga terhadap Semester I tahun 2016.

"Pertumbuhan NII merupakan hasil dari penyaluran kredit yang terus meningkat. Penyaluran kredit berhasil menembus Rp 412,18 triliun atau tumbuh sebesar 15,4 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 357,22 triliun," kata Anggoro.

Sedangkan pertumbuhan Pendapatan Non Bunga ditopang oleh peningkatan Fee Based Income (FBI) sebesar 17,9 persen year on year (yoy), terutama bersumber dari Recurring Fees yang berkontribusi 92,1 persen (yoy) dari total FBI.

Menurut Anggoro, pertumbuhan Laba Bersih yang cukup kuat tersebut menjadi faktor utama tumbuhnya Return on Equity (ROE) sebesar 15,6 persen (yoy) atau meningkat dibanding Semester I 2016 yang tercatat sebesar 12,6 persen (yoy), sekaligus mencerminkan peningkatan efektifitas permodalan BNI dalam menciptakan laba.

Adapun pencapaian NII, yang juga didukung strategi perbaikan suku bunga di seluruh segmen kredit, telah mendukung net interest margin (NIM) tetap terjaga pada level 5,6 persen. Menurunnya Cost of Fund pada level 3,0 persen pada Semester I – 2017 dari sebelumnya 3,1 persen pada Semester I – 2016 juga menjadi faktor pembentuk NIM tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement