REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menjawab sejumlah pandangan dan kritikan mengenai kesepakatan tarif antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang dinilai berat sebelah. Produk impor barang AS ke Indonesia diketahui dikenai tarif 0 persen, sedangkan barang ekspor dari Indonesia ke AS dikenai tarif resiprokal final 19 persen. Kemenko Perekonomian menilai kesepakatan tarif tersebut tidak bisa dibandingkan secara besaran nominal semata.
“Pertanyaannya kan kenapa jadi 0 semuanya (tarif barang impor AS yang masuk ke Indonesia)? Sebenarnya skema tarif yang masuk impor 0 persen itu kan di semua kerjasama FTA (free trade agreement) dan CEPA (comprehensive economic partnership agreement). Contoh antar negara Asean,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso kepada wartawan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Susi menyebutkan diantaranya Asean Trade in Goods Agreement (ATIGA), sekitar 90 persen produk dikenai tarif 0 persen. Selain itu juga ada kerja sama Indonesia dengan Australia, yang sebanyak 94—95 persen komoditas dikenai tarif 0 persen. Perjanjian dengan Jepang melalui IJ-CEPA juga, sebanyak 91 persen produk kena tarif 0 persen. Sebab, Susi mengatakan, average rate untuk tarif most favoured nation (MFN) sudah sangat kecil.
“Pertanyaannya, di AS kok kena 19 persen AS (produk Indonesia yang diekspor ke AS). Itu tidak bisa dibandingkan 0 dibanding 19. Di AS, bandingannya 19 dengan negara lain,” ujarnya.
Susi mengarahkan agar publik melihat dari sudut pandang AS juga. Pemerintah AS telah menurunkan tarif bagi produk Indonesia dari mulanya 32 persen menjadi 19 persen. Besaran tarif tersebut merupakan yang terendah dibandingkan negara-negara Asean yang menyebabkan AS defisit perdagangan.
“Diantara semua negara Asean, untuk yang memberi dampak defisit ke AS, kita terendah. Kecuali Singapura, kan AS surplus ke Singapura, itu pun kena 10 persen. Jadi sangat kompetitif tarif kita itu, bahkan sekarang dosisnya masih paling rendah diantara negara-negara yang membikin AS defisit,” jelasnya.
“Jadi, jangan membandingkan 0:19. Yang 0 persen, kita tidak hanya dengan AS, skema CEPA-FTA kita juga sebagian besar sudah 0 semuanya,” tegasnya.