Kamis 22 Jun 2017 20:48 WIB

PLN Fokus Tingkatkan Kualitas Layanan di Jatim

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Fernan Rahadi
Direktur Bisnis Regional Jawa Timur dan Bali PT PLN, Amin Subekti (berkaca mata), didampingi General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur, Dwi Kusnanto (paling kanan), berbincang dengan anggota tim yang membangun jaringan listrik di Desa Jirek Mas, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso, Jatim, Selasa (20/6) sore.
Foto: Rakhmat Hadi Sucipto/Republika
Direktur Bisnis Regional Jawa Timur dan Bali PT PLN, Amin Subekti (berkaca mata), didampingi General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur, Dwi Kusnanto (paling kanan), berbincang dengan anggota tim yang membangun jaringan listrik di Desa Jirek Mas, Kecamatan Cermee, Kabupaten Bondowoso, Jatim, Selasa (20/6) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, BONDOWOSO –  PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan lebih fokus meningkatkan kualitas layanan kepada para pelanggan di Jawa ketimbang menambah rasio elektrifikasi. 

“Tantangan kita saat ini lebih kepada naik kelas, yaitu masalah keandalan, masalah peningkatan kualitas layanan,” ungkap Direktur Bisnis Regional Jawa Timur dan Bali PT PLN, Amin Subekti, kepada Republika, Rabu (21/6), di Bondowoso.

Amin menyatakan, di luar Jawa mungkin masih bicara soal pasokan listrik. “Nah, di Jawa Timur pasokan sudah lebih. Karena pasokan sudah lebih, maka kita ingin mendorong kualitas yang lebih baik lagi. Makanya, pekerjaan kita fokus pada penguatan jaringan, baik melalui jaringan baru maupun penggantian jaringan yang sudah ada, termasuk penggantian trafo dan gardu induknya,” jelas Amin.

Rasio elektrifikasi di Jawa Timur (Jatim), menurut Amin, juga sudah lumayan tinggi, pada angka 90 persen. Khusus di Jawa Timur, tantangannya bukan lagi rasio elektrifikasi, kecuali di daerah-daerah tertentu, seperti di Bondowoso dan Madura.

Ada banyak alasan di Jawa, khususnya Jawa Timur, harus fokus ke peningkatan layanan, tak lagi menggenjot rasio elektrifikasi. Melihat profilnya, Jawa Timur merupakan suatu kompleks yang lebih tua dibandingkan dengan kawasan lainnya. Ada Unit Pembangkitan Paiton, sebuah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dikelola oleh PT Pembangkitan Jawa-Bali. 

Pembangkit ini berada di kompleks pembangkit listrik di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Karena itu, pembangkitnya sudah jauh lebih dulu ada. Pembangkit Paiton dan lainnya mendorong Jatim lebih dulu maju dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

Menurut Amin, PLN memiliki dua wajah, yaitu wajah Jawa-Bali dengan pasokan listrik surplus dan wajah luar Jawa-Bali yang pasokan listriknya masih mepet atau pas-pasan. Wajah Jawa-Bali sudah mempunyai cadangan energi listrik sampai 30 persen. Jadi, pasokan di Jawa-Bali sangat cukup. “Nah, kalau bicara pemadaman listrik dan segala macam isu yang serupa, itu masalah yang terjadi di luar Jawa-Bali. Tapi, sistem di Jawa-Bali isunya bagaimana meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat,” kata Amin.

PLN bahkan sangat memperhatikan kedip listrik terkait dengan layanan di industri-industri. “Kedip itu sepersekian detik. Kalau seperti industri tekstil, misalnya, begitu terjadi kedip, benangnya bisa langsung kacau, langsung ruwet. Dan itu bisa membuat pengusaha rugi,” jelas Amin.

Karena itulah, ungkap Amin, PLN berusaha menghilangkan terjadinya kedip atau efek dari kedip tersebut. “Yang kita perangi itu yang begitu-begitu. Jadi yang sifatnya sudah sangat kualitas. Ini berlaku di Jawa Barat, Jawa Bagian Tengah, maupun Jawa Bagian Timur,” katanya.

Khusus mengenai rasio elektrifikasi di Jawa, termasuk Jatim, tinggal sedikit. Rasio elektrifikasi di bawah 80 persen di Jatim juga hanya di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bondowoso, Bangkalan, Sampang, dan Sumenep. Di Sumenep sebenarnya sudah 79 persen, sudah dekat sekali ke angka 80 persen. “Di Sumenep itu tinggal ditarik sedikit juga bisa jadi 80 persen. Tempat lain kan sudah di atas 80 persen rasio elektrifikasinya. Jadi, agak tenang.”

General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur, Dwi Kusnanto, menyatakan masih ada 25 desa di pulau-pulau sekitar Madura yang masih belum mendapatkan aliran listrik. PLN menargetkan pada bulan Oktober mendatang sudah bisa memasang jaringan listrik di kawasan tersebut. Targetnya hingga akhir 2017, seluruh 25 desa tersebut sudah mendapat pasokan listrik.

Dwi mengatakan, desa-desa yang belum teraliri listrik memiliki topografi atau medan yang berat. Kalau di daratan, ada kendala infrastruktur jalan. Kalaupun ada jalan, tidak terlalu lebar, jalan rusak, tidak mulus, curam, berkelok-kelok, dan naik-turun. Desa-desa di kepulauan juga sulit terjangkau. Tim PLN harus menggunakan transportasi laut untuk mengangkut seluruh barang yang akan dipakai untuk membangun jaringan listrik di kepulauan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement