REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (20/6) pagi, bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp 13.271 dibandingkan sebelumnya Rp 13.275 per dolar AS.
"Mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS bersamaan dengan mayoritas kurs di kawasan Asia," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa (20/6).
Ia mengatakan bahwa pasar yang ragu terhadap kenaikan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR) menjadi salah satu faktor yang menahan laju dolar AS. Ia menambahkan bahwa aliran dana asing yang masih masuk ke pasar surat utang negara (SUN) juga turut menjadi salah satu penopang utama bagi fluktuasi nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya permintaan barang impor jelang Hari Raya Lebaran.
"Optimisme pelaku pasar uang juga bertambah setelah pemerintah akan meningkatkan belanja di APBN-P 2017," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, laju rupiah dapat tertahan seiring dengan harga minyak mentah dunia yang masih berada di level 50 dolar AS per barel. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Selasa pagi ini berada di level 44,27 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 47,02 dolar AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa penguatan mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah juga terimbas dari optimisme pasar keuangan di kawasan Eropa menyusul disetujuinya dana talangan lanjutan untuk Yunani.
"Disetujuinya dana talangan itu membuat laju mata uang euro menguat terhadap dolar AS dan berimbas positif pada mata uang di kawasan Asia," katanya.