Senin 15 May 2017 17:31 WIB

Menko Darmin: Ekspor Impor Jadi Modal Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Debbie Sutrisno / Red: Nur Aini
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai kinerja ekspor dan impor Indonesia masih baik dan menjadi modal untuk ekonomi Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada April surplus 1,24 miliar dolar AS, di mana ekspor mencapai 13,17 miliar dolar AS dan impor 11,93 miliar dolar AS.  Sedangkan secara kumulatif Januari-April 2017 surplus perdagangan mencapai 5,33 miliar dolar AS, dimana ekspor 53,86 miliar dolar AS dan impor 48,53 miliar dolar AS.

Dengan capaian ini, Indonesia masih mengalami surplus perdagangan dengan India 3,36 miliar dolar AS, Amerika Serikat 3,23 miliar dolar AS, dan Belanda 1,04 miliar dolar AS. Namun, Indonesia masih defisit perdagangan dengan Cina 4,10 miliar dolar AS, Thailand 1,2 miliar dolar AS, dan Australia 0,99 miliar dolar AS.

"Masih naik sekitar 18-19 persen dan ini menjadi modal yang bagus untuk meningkatkan penerimaan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," ujar Darmin, di Jakarta, Senin (15/5).

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan surplus perdagangan pada April naik tipis dibanding bulan sebelumnya sebesar 1,23 miliar dolar AS. Hal ini dikarenakan terguncangnya harga sejumlah komoditas di pasar global, yang kemudian membuat nilai dan volume ekspor mengalami penurunan. Dibanding April 2016 yang sebesar 0,88 miliar dolar AS, neraca perdagangan naik signifikan.

Pada April, ekspor tercatat sebesar 13,17 miliar dolar AS atau turun 10,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 14,59 miliar dolar AS. Penurunan ekspor terjadi pada ekspor komoditas minyak dan gas bumi (migas) turun sampai 35,36 persen, dari sebelumnya mencapai 1,51 miliar dolar AS menjadi hanya sebesar 0,98 miliar dolar AS sepanjang April lalu. Sedangkan ekspor non-migas,turun sekitar 7,43 persen, menjadi 12,19 miliar dolar dari sebelumnya 13,17 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement