Kamis 11 May 2017 21:07 WIB

Produksi Kedelai Lebak tak Cukupi Kebutuhan Lokal

Red: Nur Aini
Benih kedelai (ilustrasi).
Foto: komoditasindonesia.com
Benih kedelai (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Produksi komoditas kacang kedelai di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, sejak Januari sampai Maret 2017 mencapai 166 ton dengan tanam panen 149 hektare.

"Kami menilai produksi kedelai di Lebak belum cukup menggembirakan sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Kamis (11/5).

Pemerintah daerah mengklaim bekerja keras untuk meningkatkan produksi kedelai karena cukup menjanjikan kehidupan petani menjadi lebih baik. Saat ini, harga kedelai di pasaran dengan kisaran antara Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kilogram.

Selain itu, permintaan pasar cenderung meningkat sebagai bahan aneka makanan kerajinan tempe dan tahu.

Namun, saat ini kedelai yang ada di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lebak masih impor.

"Kami optimistis kedepan Lebak menjadi swasembada kedelai melalui program padi, jagung dan kedelai atau pajale," katanya menjelaskan.

Menurut Dede, program pajale itu untuk mendukung percepatan swasembada pangan, termasuk kedelai sehingga tidak mendatangkan pasokan pangan dari luar negeri. Saat ini, Kabupaten Lebak sangat berpotensi sebagai lumbung kedelai karena didukung lahan luas baik daratan maupun persawahan.

Di samping itu, pemerintah daerah bekerjasama dengan perusahaan BUMN di antaranya PTPN VIII dan Perum Perhutani guna mendukung swasembada pangan. Di mana lahan perusahaan BUMN tersebut nantinya dimanfaatkan oleh kelompok tani agar dikembangkan tanaman kedelai dengan pola tumpang sari.

Selain itu, petani secara swadaya membudidayakan pengembangan tanaman jagung di lahan-lahan produktif.

Pengembangan budidaya tanaman kedelai itu dapat menjadikan peluang usaha agribisnis dalam upaya menanggulangi kemiskinan dan pengangguran. "Kami yakin pengembangan kedelai ini, selain bisa meningkatkan ekonomi petani juga dapat memenuhi pasar lokal," katanya menjelaskan.

Dede mengatakan, umumnya petani mengembangkan kedelai benih varietas Grobogan, Jawa Tengah, dengan produktivitas 2,27 ton per hektare. Kelebihan varietas tersebut mudah beradaptasi pada kondisi daerah setempat sehingga dapat tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah irigasi.

Apalagi varietas itu sudah memiliki sertifikasi dari Balai Sertifikasi Kementerian Pertanian.

Ia mendorong agar petani dapat mengembangkan tanaman kedelai sehingga mendorong peningkatan ekonomi mereka. "Kami mengajak petani terus mengembangkan kedelai dengan memanfaatkan lahan telantar maupun lahan perbukitan," katanya.

Ujang, seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung mengaku dia saat ini mendatangkan kacang kedelai dari impor Amerika Serikat karena produksi lokal tidak memenuhi. Kelebihan kedelai impor itu lebih berkualitas dibandingkan kedelai lokal. Namun demikian, pihaknya juga tidak tertutup kemungkinan bisa menampung kedelai lokal yang dikembangkan petani Kabupaten Lebak jika produksi surplus dan melimpah. "Kami prihatin hingga saat ini produksi kedelai lokal cukup rendah dan tidak bisa memenuhi permintaan pasar," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement