Jumat 05 May 2017 19:25 WIB

Pilkada, UN, dan Libur Panjang Ikut Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Indira Rezkisari
Pilkada (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pilkada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2017 tercatat sebesar 5,01 persen. Angka ini mengalami kenaikan dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal keempat tahun lalu sebesar 4,94 persen, dan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun lalu sebesar 4,92 persen. Sejumlah faktor pendorong memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan.

Dari segi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 4,93 persen (yoy) meski sumbangannya terhadap keseluruhan pertumbuhan ekonomi justru menurun, dari 2,74 persen pada tahun lalu  menjadi 2,71 persen tahun ini. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang terjadi dipengaruhi oleh faktor musiman yakni periode ujian nasional di kuartal pertama tahun ini dan adanya sejumlah libur panjang termasuk Tahun Baru Imlek dan Hari Raya Nyepi. Adanya libur panjang diyakini mendorong masyarakat lebih produktif dalam membelanjakan hartanya sehingga ikut mendorong perekonomian.

Sementara itu, konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah  tangga (LN-PRT) juga mengalami pertumbuhan 8,02 persen dengan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,09 persen. Capaian ini, lanjut Suhariyanto, disebabkan musim pemilihan kepada daerah serentak yang terjadi di awal tahun ini. Para bakal calon pemimpin daerah yang ramai-ramai memproduksi kaos, atribut partai, atau bahan kampanye lainnya dinilai ikut mendorong pertumbuhan ekonomi meski sumbangannya terhadap pertumbuhan sedikit.

Konsumsi pemerintah dan kinerja investasi juga tercatat tumbuh stagnan. Catatan BPS, konsumsi pemerintah pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 2,71 persen dengan sumbangannya terhadap pertumbuhan sebesar 0,17 persen. Sementara pertumbuhan investasi sebesar 4,81 persen di tahun ini menyumbangkan 1,54 persen untuk pertumbuhan. Pertumbuhan investasi, jelas Suhariyanto, didorong oleh investasi kendaraan domestik, bangunan serta mesin dan perlengkapan di dalam negeri.

"Hal ini karena adanya kenaikan belanja barang juga," ujar Suhariyanto saat konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (5/5).

Dari sisi kinerja perdagangan, ekspor barang dan jasa Indonesia tumbuh 8,04 persen pada kuartal pertama tahun 2017. Angka ini melejit dari periode yang sama tahun lalu sebesar -3,29 persen. Suhariyanto menyebutkan, capaian ekspor yang meningkat ini disebabkan oleh permintaan negara tujuan eskpor yang meningkat dan harga komoditas yang membaik. Harga komoditas yang membaik terutama adalah komoditas perkebunan, pertanian, dan pertambangan.

Sementara untuk kinerja impor, pertumbuhannya tercatat 5,02 persen dengan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,98 persen. Kenaikan impor lebih disebabkan oleh permintaan domestik yang naik terutama untuk bahan baku dan penolong.

Sementara dari sisi produksinya, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini didorong oleh sektor pertanian yang tumbuh 7,12 persen sebagai imbas dari percepatan tanam padi dan perluasan tanam. Namun, pertumbuhan sempat dikoreksi oleh sektor pertambangan dan penggalian di mana mengalami kontraksi sebesar -0,49 persen lantaran adanya penurunan produksi harian gas alam, minyak mentah, dan kondensat. Sektor perdagangan juga tumbuh 4,77 persen yang didorong oleh peningkatan penjualan barang domestik dan suplai barang impor.

Selain itu, sektor komunikasi dan informasi juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh dengan angka pertumbuhan mencapai 9,10 persen. Tingginya pertumbuhan di sektor ini, jelas Suhariyanto, lebih disebabkan oleh peningkatan penggunaan layanan data untuk internet yang semakin progresif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement