Sabtu 29 Apr 2017 00:10 WIB

Perdagangan Reparasi Mobil dan Motor Meningkat, Ini Penyebabnya

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Budi Raharjo
Mekanik melakukan perawatan berkala mobil (ilustrasi).
Foto: Republika/ Wihdan
Mekanik melakukan perawatan berkala mobil (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy menilai, bergeliatnya perdagangan otomotif terutama reparasi mobil dan sepeda motor, disebabkan oleh adanya penurunan angka penumpang moda transportasi laut, darat dan udara.

Akibatnya, sektor sekunder seperti industri manufaktur sepenuhnya tergantung pada Jepang. Sehingga, gambaran di kuartal I-2017, walaupun bisa bertahan di kuartal IV 2016, daya tahan perekonomian di dalam negeri dinikmati oleh perusahaan asing.

''Makanya yang terjadi adalah reparasi, penjualan sparepart (mobil dan motor) dan yang diuntungkan perusahaan Jepang,'' kata Noorsy, saat dihubungi, Jumat (28/4).

Selain itu, lanjut dia, perusahaan konstruksi Cina sudah beraksi di Jakarta dan Tangerang. Artinya, sektor primer seperti pertanian dan pertambangan, tidak menggeliat karena bergejolaknya harga dan melemahnya daya beli.

Akhirnya, sektor yang berkembang adalah jasa. Ia menilai, kalau dilihat dari posisi itu, belanja APBN yang besar tidak serta merta menjadi pemicu untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran, tapi hanya untuk bayar utang.

''Jadi ada logika yang muncul, meningkatnya belanja yang muncul tidak menyentuh pada pekerjaan yang berhubungan langsung dengan sektor padat karya, sehingga belanja dan konsumsi pemerintah tidak mengatasi pelambatan perekonomian,'' jelas dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement