Jumat 28 Apr 2017 18:59 WIB

BPR Surya Artha Utama Ditargetkan Salurkan Kredit Rp 12,5 Miliar

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Pekerja memproduksi sepatu dan sandal kulit di bengkel rumahan Sentra Kerajinan Kulit Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.(Ilustrasi).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pekerja memproduksi sepatu dan sandal kulit di bengkel rumahan Sentra Kerajinan Kulit Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur.(Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Surya Artha Utama Surabaya ditargetkan menyalurkan kredit senilai Rp 12,5 miliar pada tahun ini. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemkot Surabaya tersebut menyalurkan kredit kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Surabaya.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, M Taswin, mengatakan Pemkot Surabaya telah memberikan penyertaan modal kepada BPR Surya Artha Utama senilai Rp 10 miliar pada 2016. Modal tersebut sebagian telah disalurkan kepala UMKM.

"Tahun 2017 ini rencananya penyaluran kredit kepada UMKM sebesar Rp 12,5 miliar, yang akan disalurkan kepada 500-600 UMKM," jelasnya kepada wartawan di Balaikota Surabaya, Jumat (28/4).

Menurutnya, BPR Surya Artha Utama memang fokus menyalurkan kredit kepada UMKM. Besaran kredit yang disalurkan beragam, mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 25 juta. Besaran bunga ditetapkan sebesar 6-9 persen.

Kebanyakan nasabah merupakan para pedagang di pasar. Sistem peminjaman yang dilakukan BPR untuk pelaku UMKM tidaklah rumit, cukup melengkapi SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) yang kini dapat diurus secara daring serta menunjukkan wujud usahanya. "Kadang-kadang tanpa agunan. Tapi dengan menunjukkan usahanya itu sudah dianggap agunan," imbuhnya.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BPR Surya Artha Utama mengalami peningkatan. Pada 2014, NPL tercatat sebesar 1,3 persen, naik menjadi 3 persen pada 2015 dan melonjak 7 persen pada 2016.

Taswin menyatakan, petugas BPR melakukan pendekatan personal kepada para nasabah agar tetap membayar cicilan. "Jika telat, petugas BPR akan tetap melakukan penagihan dan menanyakan alasan keterlambatan tersebut kepada pelaku UMKM," ucap Taswin.

BPR juga mencatatkan perolehan laba setiap tahunnya. Pada 2015, laba yang diperoleh mencapai Rp 425 juta. Tahun ini, Taswin optimistis BPR Surya Artha Utama tetap mencatatkan laba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement