Kamis 06 Apr 2017 16:48 WIB

ADB Ungkap Kunci Indonesia Lepas dari Jebakan Kelas Menengah

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Kelas menengah Asia
Foto: www.wantchinatimes.com
Kelas menengah Asia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menyebut Indonesia harus mau meningkatkan produktivitasnya bila mau keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap. Produktivitas yang dimaksud adalah perbaikan dari sisi inovasi, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.

Sebenarnya tak hanya untuk Indonesia, ADB menilai jurus tersebut berlaku untuk seluruh negara-negara di kawasan Asia-Pasifik agar bisa "naik kelas" ke level negara berpendapatan tinggi. Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada menjelaskan, pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik selama ini berhasil membawa posisi sebagian besar negara sebagai negara berpenghasilan menengah.

Menyusul raihan ini, ia menilai sudah saatnya pemerintah di masing-masing negara menyusun strategi baru agar penghasilan di setiap negera lebih digenjot untuk membawa posisi negara-negara ini menjadi negara berpendapatan tinggi.

"Ini bukan lagi masalah memakai lebih banyak sumber daya untuk tetap tumbuh, namun bahwa menjadikan perekonomian lebih produktif agar bisa naik ke tahap selanjutnya," ujar Sawada dalam paparannya di Kantor ADB Indonesia, Kamis (6/4).

Laporan ADB mencatat bahwa pada 1991 lalu hanya 10 persen dari populasi Asia dan Pasifik yang tinggal di perekonomian berpenghasilan menengah. Pada 2015, angka tersebut telah meningkat hingga lebih dari 95 persen dari populasi kawasan ini, didorong oleh pertumbuhan di negara berpenduduk terbanyak di kawasan ini yakni Cina, India, dan lndonesia.

Demi meningkatkan produktivitas, kata Sawada, negara-negara di kawasan Asia yang sedang berkembang perlu berfokus pada inovasi. Bila melihat berbagai negara berpenghasilan menengah yang mampu naik menjadi berpenghasilan tinggi, mereka memiliki akumulasi riset dan penelitian lebih dari dua setengah kali lipat dibandingkan negara berpenghasilan menengah lainnya.

Sawada juga menilai, inovasi memerlukan angkatan kerja trampil, sehingga perlu penekanan pada peningkatan mutu pendidikan. Laporan ini memperkirakan bahwa kenaikan 20 persen pada belanja modal manusia per kapita dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 3,1 persen.

Kebijakan pendidikan yang baik juga dapat mendorong kesetaraan dan menutup kesenjangan pendidikan yang lebar di antara kawasan Asia yang sedang berkembang dan perekonomian berpenghasilan tinggi, sembari mendorong inovasi dan kewirausahaan.

Investasi infrastruktur, terutama dalam teknologi energi dan informasi dan komunikasi, diyakini dapat berkontribusi bagi inovasi dan modal manusia. "Sehingga mempertahankan pertumbuhan di negara berpenghasilan menengah," katanya.

ADB mengungkapkan, rekam jejak Asia yang dinamis menunjukkan bahwa perjalanan menuju penghasilan tinggi dapat dilakukan, meskipun tidak mudah. Kelembagaan dan kebijakan yang mendukung dan ditopang oleh stabilitas makroekonomi, dapat memperkuat pilar-pilar pertumbuhan produktivitas, inivasi, modal manusia, dan infrastruktur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement