REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Memulai usaha konveksi sejak 2009, Fitri Afriany (33 tahun) kini sudah memiliki tujuh karyawan dan lebih dari 200 murid kurus. Fitri juga berhasil bermitra dengan perusahaan distributor yang mengantar produknya ke Malaysia dan Somalia.
Fitri adalah salah satu anggota Amartha Mikro Fintek perusahaan Peer to Peer Lending Platform yang bergabung sejak 2009. Pada awal bergabung, Fitri mendapat pembiayaan modal usaha sebesar Rp 500 ribu. Ia langsung memanfaatkannya untuk menambah pembelian mesin jahit seharga Rp 1,2 juta.
"Saat itu saya ditawarin sama bos tempat dulu saya bekerja, Fitri, kamu masih mau ngejait gak? Ini bayarin mesin. Kalau kamu mau, saya gak kasih siapa-siapa,” cerita Fitri bagaimana ia mendapatkan mesin jahit dengan harga murah.
Sebelum memiliki usaha konveksi, Fitri bekerja di sebuah perusahaan konveksi, suplier brand asal Perancis. Ia adalah tangan kanan atasan yang dipercaya untuk memeriksa hasil jahitan karyawan lain.
Kemampuan Fitri menjahit tidak diperoleh dari pendidikan formal atau kursus, melainkan otodidak. Rasa ingin tahu dan ketekunan yang membuat Fitri semahir sekarang ini dalam bidang jahit menjahit. Fitri mengaku, dahulu sekali bekerja di usaha konveksi milik saudara, namun sebagai administrator untuk pembukuan dan pencatatan. Karena usaha milik saudara, di waktu istirahat dirinya meminta ijin untuk belajar menjahit.
“Waktu itu saya iseng-iseng aja waktu siang orang namanya punya saudara sendiri, jam istirahat saya belajar, ada yang robek-robek sedikit saya jahit,” cerita Fitri.
Awalnya akses keuangan Fitri hanya melalui arisan. Kemudian saat ia ingin memulai usahanya di tahun 2011, ia mengajukan pinjaman ke Amartha.
"Sebelum cair dari koperasi Amartha, saya sudah punya dua mesin jahit dan satu mesin obras. Waktu cair koperasi Amartha di tahun 2011 waktu itu punya total 4 mesin,” jelas Fitri.
Fitri adalah seorang yang konsisten dan fokus. Sejak menerima pembiayaan modal pertama hingga ketiga, selalu ia gunakan untuk membeli mesin jahit. Hingga pembiayaan keempat sebesar Rp 4 juta, ia membeli lagi mesin overdeck sehingga ia bisa mengerjakan pesanan pakaian olahraga. Saat ini ia memiliki 10 mesin jahit yang mampu memproduksi lebih dari pesanan dari lebih dari tiga online shop.
Jeli Melihat Peluang
Selain memproduksi pakaian, Fitri juga melayani kursus bagi umum yang ingin belajar menjahit. Sejak membuka kursus di 2012, kini muridnya telah mencapai lebih dari 200 orang.
Fitri mengaku tujuannya membuka kursus selain berbagi ilmu ialah menambah penghasilan. Usaha konveksi seperti halnya usaha lain, kadang kala sepi dan mesin jahit terpaksa menganggur. Mengakali hal tersebut Fitri yang jeli melihat peluang segera memutuskan untuk membuka kursus.
Gurunya tidak lain ia dan suami karena suaminya pun mahir dalam menjahit setelah sebelumnya bekerja di perusahaan konveksi. Untuk setiap hari pertemuan selama kurang lebih satu hingga dua jam, ia memberikan harga Rp 600 ribu per murid.
Hal yang juga cerdas adalah ketika kebanjiran pesanan pakaian, Fitri dapat merekrut karyawan langsung dari murid/lulusan kursusnya sendiri. Simbiosis mutualisme, murid kursusnya butuh pekerjaan dan Fitri mendapatkan karyawan terampil.
Tidak berhenti pada usaha konveksi Fitri mengembangkan usaha warung dan jual pulsa. Usaha tersebut bukanlah coba-coba, melainkan karena ada pasarnya. Berawal dari keluhan salah seorang murid kursusnya yang bertanya, “Teh, kok warung jauh ya, kenapa Teteh nggak buka warung aja?”
Fitri yang sebelumnya sudah membuka counter pulsa, membuka warung kecil-kecilan untuk memudahkan murid kursusnya. Di 2014 warungnya masih non permanen dengan satu etalase kecil. Di 2015, ia telah berhasil membangun warung permanen dengan produk jualan yang lebih beragam.
Membesarkan Bisnis
Menurut Fitri, dalam membesarkan usaha yang diperlukan adalah modal dan kemampuan. Akan tetapi kemampuan adalah hal utama.
"Contohnya saya yang kekurangan modal, tetapi dengan kemampuan dan keberanian tetap saya jalankan. Dan akhirnya modal itu datang dengan sendirinya.”
Ia berkaca pada saudaranya yang memiliki usaha konveksi dengan modal lebih banyak, namun dengan kemampuan terbatas dan hanya mengandalkan kemampuan orang lain, akhirnya usahanya tutup.
Dengan kerja keras dan kepiawaian Fitri membangun relasi, usahanya kini semakin berkembang. Ia mulai membesarkan tempat kursus jahitnya karena sudah ada pembicaraan dari Kepala Sekolah di salah satu SMP Islam untuk mengadakan kerjasama.
“Kemarin sempat ngobrol sistemnya, misal satu kelas ada 40 siswa jadi setiap minggu giliran setiap siswa untuk kursus di tempat saya,” jelasnya.
Fitri adalah sosok pengusaha yang tangguh dan jeli dalam melihat peluang. Pendampingan modal pembiayaan dari Amartha menunjukkan hasil positif. Ditambah dengan kepiawaiannya membangun relasi telah membuka peluang dalam mengembangkan bisnis, bahkan membuka lapangan pekerjaan baru bagi orang lain.