Rabu 22 Mar 2017 18:55 WIB

Kemenperin Harap Kerja Sama dengan AS Kembangkan Industri Tekstil

Produk-produk tekstil (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Produk-produk tekstil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar (dubes) Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R Donovan berkeinginan meningkatkan kerja sama industri antara AS-Indonesia. Kerja sama tersebut terutama akan difokuskan untuk industri tekstil. Upaya ini tidak lain karena AS merupakan pemasok utama kapas.

Pada pertemuan dengan sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Jakarta, Selasa (21/3), Joseph berharap dapat menerima masukan-masukan dari kalangan pengusaha tekstil di Indonesia dan mendapatkan perjanjiaan kerja sama antara AS-Indonesia. Hingga akhir 2016 tahun lalu, nilai ekspor kapas AS untuk Indonesia mencapai angka 350 juta dolar AS, terbesar dibanding dengan negara lainnya.  Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pertemuan tersebut merupakan yang pertama kalinya dengan dubes baru AS untuk Indonesia. Pemerintah berencana mempercepat adanya kesepakatan kedua negara yang lebih konkret di bidang pertekstilan.

"Kami punya material center atau pusat penyedia bahan baku produk industri, tujuannya untuk mempermudah pelaku industri kecil dan menengah (IKM) mendapatkan bahan baku dengan harga yang terjangkau," kata Sigit dalam rilisnya, Rabu (22/3).

Sigit juga menjelaskan, impor kapas untuk kebutuhan industri tekstil di Indonesia mencapai 70 persen. Pemerintah berencana untuk memperkuat material center industri tekstil salah satunya di Jawa Barat dengan mendirikan sekolah khusus kapas untuk mengembangkan jenis lain namun dengan kualitas yang berbeda.

Selain mendirikan sekolah khusus kapas tersebut, Sigit juga menyebutkan dalam rangka mensukseskan program vokasi Kemenperin, IKTA akan bekerja sama dengan 500 SMK di Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk melakukan praktik sekolah di industri tekstil dan indsutri lainnya yang berada di lingkup IKTA.

Saat ini, pemerintah masih terus memperjuangkan agar tekstil Indonesia tidak dikenakan tarif seperti di Vietnam. Sigit berharap, ke depan kerja sama dengan AS dapat dikembangkan terutama untuk mengembangkan industri pertekstilan dari hulu sampai hilir.

“Semoga kerja sama dengan AS bisa mengembangkan industri pertekstilan dari hulu sampai hilir," kata dia mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement