Ahad 19 Mar 2017 20:26 WIB

IHSG Tembus 5.400, BEI Harap Peringkat Investasi Indonesia Naik

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengunjung melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) catatkan rekor di level 5.540,43 pada akhir pekan lalu. Hal itu diharapkan bisa mendorong optimisme dan keyakinan para investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Pada Jumat lalu, IHSG ditutup menguat 22,19 poin atau 0,40 persen ke level 5.540,43. Angka tersebut merupakan rekor IHSG tertinggi sejak 1992. Dalam hitungan tahunan, kinerja IHSG 2016 pun sempat menjadi salah satu yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir di dunia, dengan return 193,36 persen.

Dalam tahun berjalan 2017, IHSG menempati peringkat terbaik ke-2 di Asia Pasifik, sekaligus peringkat ke-5 di dunia dengan return 15,32 persen. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hosea Nicky Hogan mengatakan, tingginya capaian IHSG bisa menjadi pemicu peningkatan outlook rating investasi, terutama dari lembaga rating Standard & Poor's (S&P).

Pecahkan Rekor Pekan Lalu, IHSG Diprediksi Bisa Tembus ke 6.000

"Saya rasa juga ada berita yang memberikan sinyal indikasi kemungkinan untuk S&P untuk memulihkan rating Indonesia," ujarnya, Sabtu, (18/3).

Ia menambahkan, S&P sendiri memberi peringkat Indonesia di level BB+ atau di bawah investment grade. Sementara lembaga pemeringkat lain seperti Fitch Ratings dan Moody's telah memberikan peringkat 'investment grade' ke Indonesia, sekaligus merevisi outlook dari 'stable' menjadi 'positive'. Peringkat terbaru, Indonesia juga mendapat peringkat dari Japan Credit Rating Agency (JCRA), yakni dari 'stable' menjadi 'positive'.

Tahun ini Indonesia tengah menunggu pengumuman dari S&P pada pertengahan Mei mendatang. Jika rating-nya naik, maka ada harapan bagi kenaikan kinerja indeks di bursan saham serta pertumbuhan ekonomi.

Nicky menyatakan, selain tingginya capaian indeks di bursa saham, kebijakan pemerintah di sektor fiskal seperti amnesti pajak (tax amnesty). Upaya deregulasi melalui paket-paket kebijakan dari pemerintah juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi S&P dalam menaikkan peringkat utang Indonesia.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena secara fundamental 2016 semua berjalan baik. Ini mungkin akumulasi dari tax amnesty, inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Semua indikator itu memang layak dihargai dan optimisme itu mulai terlihat dari kenaikan indeks dan juga dari animo investor khususnya asing," tutur Nicky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement