Kamis 16 Mar 2017 02:31 WIB

Dipengaruhi Komoditas Barang Tambang, Ekspor NTB Merosot

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Budi Raharjo
  Sejumlah dump truk, mengangkut bebatuan hasil tambang PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Areal Tambang Batu Hijau, Kecamatan Sengkongkang, Sumbawa Barat, Kamis (18/12).(Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah dump truk, mengangkut bebatuan hasil tambang PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Areal Tambang Batu Hijau, Kecamatan Sengkongkang, Sumbawa Barat, Kamis (18/12).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merilis data ekspor dan impor pada Februari 2017. Kepala BPS NTB Endang Tri Wahyuningsih mengatakan, nilai ekspor Provinsi NTB pada Feruari ini tercatat sebesar 391.395 dolar AS.

Angka itu menurun 99,24 persen dibandingkan ekspor Januari lalu yang sebesar 51.624.474 dolar AS. "Hal ini disebabkan oleh tidak adanya ekspor barang tambang atau galian nonmigas pada Februari 2017," ujar dia dalam jumpa pers di Kantor BPS NTB, Rabu (15/3).

Ekspor pada Februari yang terbesar ditujukan ke negara Cina sebesar 55,09 persen. Selain Cina, ekspor terbanyak NTB dilakukan ke negara Amerika Serikat sebesar 14,06 persen dan Korea Selatan sebesar 10,01 persen.

Untuk jenis barang yang diekspor kebanyakan ialah ikan dan udang yang senilai 195.189 dolar AS atau 49,87 persen, disusul garam,belerang kapur senilai 97.586 dolar AS atau 24,93 persen; dan perabot, penerangan rumah sebesar 37.735 dolar AS atau 9,64 persen.

Penurunan juga terjadi pada sektor impor yang sebesar 2.521.851 dolar AS. Endang menyebutkan, sektor impor juga mengalami penurunan sebesar 57,86 persen dibanding dengan bulan sebelumnya yang sebesar 5.984.903 dolar AS. "Sebagian besar impor berasal dari Vietnam (43,97 persen), Cina (21,67 persen) dan Amerika Serikat (19,46 persen)," lanjut dia.

Untuk jenis barang impor dengan nilai terbesar, ia katakan, ditempati gula dan kembang gula dengan 43,97 persen, bahan bakar mineral sebesar 19,68 persen, dan mesin-mesin atau pesawat mekanik sebesar 19,31 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement