Rabu 23 Jul 2025 07:31 WIB

Impor Migas dari AS Disesuaikan Kebutuhan, Airlangga: Tunggu Kesepakatan

Pemerintah belum tentukan volume impor migas, menunggu finalisasi kerja sama.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Foto: Republika.co.id/Erik Purnama Putra
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan impor minyak dan gas bumi (migas) dari Amerika Serikat menyesuaikan dengan kebutuhan Indonesia. Walaupun demikian, Airlangga belum dapat menyebutkan keterangan lebih lanjut mengenai rencana impor migas itu, termasuk mengenai volume minyak dan gas bumi yang akan diimpor dari negeri Paman Sam.

"Volumenya, nanti kita lihat, karena itu tergantung kebutuhan di Indonesia. Jadi, barangnya kan yang kita akan beli dalam bentuk LPG, refined product, crude (minyak mentah). Jadi, kombinasi dari itu," kata Airlangga menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Selasa (22/7/2025) malam, selepas mengikuti dua agenda rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto.

Baca Juga

Airlangga melanjutkan untuk urusan teknis seperti kapan impor itu berjalan juga masih menunggu beberapa perjanjian yang harus disepakati antara Indonesia dan AS.

"Harus ada perjanjian antara, agreement mengenai framework (kerangka kerja sama, red.) setelah itu ada implementing (penerapan isi perjanjian)," sambung Airlangga.

Dalam kesempatan terpisah di lokasi yang sama, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut kerja sama antara PT Kilang Pertamina Internasional dengan ExxonMobil, Chevron, dan KDT Global Resource, merupakan salah satu upaya membuka impor minyak mentah dan BBM dari Amerika Serikat.

"Itu salah satu di antaranya membuka kemungkinan untuk impor BBM dan crude. Itu salah satunya," kata Bahlil.

Namun, Bahlil juga belum dapat menjelaskan lebih lanjut volume impor BBM dan crude dari AS menggunakan skema kerja sama tersebut. "Isi detail belum saya baca, tetapi yang mereka sampaikan kepada saya seperti itu," sambung Menteri ESDM.

Impor komoditas energi seperti minyak mentah dan gas bumi dari AS merupakan bagian dari komitmen yang diberikan oleh Indonesia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dua negara, dan sebagai salah satu pertimbangan Presiden AS Donald Trump menurunkan besaran tarif impor resiprokal Indonesia yang semula 32 persen menjadi 19 persen.

Presiden Trump pada 16 Juli 2025 mengumumkan perundingan mengenai tarif telah rampung setelah dirinya berbicara langsung melalui sambungan telepon dengan Presiden Prabowo selama kurang lebih 17 menit.

“Kesepakatan bersejarah ini untuk pertama kalinya membuka seluruh pasar Indonesia untuk Amerika Serikat. Indonesia, sebagaimana isi kesepakatan itu, berkomitmen untuk membeli 15 miliar dolar AS untuk energi dari AS, 4,5 miliar dolar AS produk-produk pertanian, dan 50 pesawat Boeing, yang sebagian besar seri 777,” kata Presiden Trump.

Trump kemudian menyebut besaran tarif yang harus dibayar menjadi sebesar 19 persen untuk seluruh barang-barang yang diekspor oleh Indonesia ke AS.

Walaupun demikian, jika Indonesia mengirim barang yang asalnya dari negara-negara yang besarannya tarifnya lebih besar dari Indonesia ke AS, AS akan menagih sisa tarif negara asal barang ke Indonesia.

“Terima kasih rakyat Indonesia atas persahabatan dan komitmen untuk membuat defisit dagang menjadi kembali imbang. Kami akan terus mewujudkan (kepentingan) rakyat Amerika Serikat, dan rakyat Indonesia,” kata Trump.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement