REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan real estate milik menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, dikabarkan tengah melakukan negosiasi dengan perusahaan asuransi Cina, Anbang Insurance Group. Negosiasi tersebut terkait rencana Kushner untuk menjual saham 400 juta dolar AS pada bendera gedung pencakar langit Fifth Avenue.
Anbang dikabarkan akan membayar untuk mendapatkan bagian di kawasan bisnis Manhattan dan akan berkomitmen menghabiskan miliaran lebih untuk mengubah menara berusia 60 tahun menjadi kondominium. Anbang memiliki hubungan dengan keluarga terkemuka dari Partai Komunis Cina.
Jika ditandatangani, perjanjian berpotensi mengawinkan keuangan dua keluarga yang kuat secara politik di dua ekonomi terbesar dunia, tetapi juga akan memunculkan kemungkinan konflik kepentingan. Keluarga Kushner, pemilik menara akan menuai rejeki nomplok dari perusahaan Cina.
Dalam jajaran kabinet Presiden Trump, Kushner ditunjuk sebagai salah satu penasihat senior Trump yang juga membantu mengawasi kebijakan luar negeri AS.
Berita mengenai negosiasi bisnis ini muncul di tengah persiapan pertemuan pertama Presiden Trump dan Presiden Cina Xi Jinping yang akan diadakan bulan depan. Namun seorang juru bicara Anbang mengatakan dalam sebuah pernyataan, tidak ada kesepakatan dan investasi dari pihaknya untuk transaksi tersebut.
Sementara itu, dalam presentasinya kepada calon investor Charles Kushner, pemimpin perusahaan keluarga sekaligus ayah dari Jared mengatakan, setelah direnovasi, properti di Manhattan itu akan bernilai lebih dari 7 miliar dolar AS. Ini akan membuatnya menjadi properti paling berharga di Manhattan.
Seorang profesor ilmu politik di Clermont McKenna College di California Minxin Pei mengatakan, jika kesepakatan dicapai itu artinya pemimpin Anbang Wu Xiaohui masuk ke bisnis dengan keluaga menantu presiden AS yang akan meningkatkan kredibilitas Wu di Cina. Sebab, ia terlihat seperti memiliki pengaruh di puncak kekuasaan di Amerika.
"Dia adalah pembeli reputasi politik, dan itu merupakan aset tak ternilai bagi seseorang seperti dia," ujarnya seperti diberitakan New York Times, Selasa (14/3).
Sementara itu, seorang petugas pers Gedung Putih menegaskan prundingan sektor swasta tersebut tidak akan mempengaruhi kebijakan atau pendekatan pemerintahan Trump dengan Cina.