REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian, Bustanul Arifin, menilai penguasaan lahan oleh korporasi membuat lahan petani menjadi semakin sempit. Ia juga mengatakan ketimpangan sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas.
Menurut Bustanul, pertumbuhan ekonomi saat ini didominasi oleh nontradeable. Penguasaan lahan menjadi persoalan dalam pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian. Ia mengatakan kepemilikan aset lahan petani berlahan sempit meningkat 54 persen per tahun.
"Pembangunan pertanian hanya diterjemahkan cenderung berorientasi pada mengejar target politis. Pembagian pupuk, benih dan traktor gratis pada petani tidak menyelesaikan masalah," ujar Bustanul di Jakarta Pusat, Selasa (14/3).
Bustanul mengatakan program pemberian pupuk benih bahkan traktor gratis mengganggu logika insentif ekonomi dan kewirausahaan petani jika hal tersebut malah hanya membuat ketergantungan. "Sebanyak 65 persen petani miskin menerima subsidi pupuk, tapi hanya satu persen petani yang menikmati lebih dari 90 persen subsidi pupuk," ujar Bustanul.
Forum Diskusi Ekonomi Politik mencatat, sektor pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan. Swasembada pangan disebut sebagai indikator pembangunan pertanian utama.