REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar Afrika dan Timur Tengah semakin membuka diri untuk untuk menerima produk-produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari Indonesia. Hal ini sejalan dengan semakin banyaknya kerja sama yang dijalin antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara di pesisir Samudra Hindia yang tergabung dalam IORA. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebutkan bahwa pasar Afrika merupakan pasar utama bagi Indonesia untuk meningkatkan angka ekspor alutsista produksi dalam negeri.
"Hal ini tentu menguntungkan bagi industri alutsista," kata Enggar, Selasa (14/3).
Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Deny Kurnia menambahkan, pemerintah juga saat ini serius menggarap pasar ekspor alutisista ke Timur Tengah dengan nilai 300 juta dolar AS hingga 2019 mendatang. "Saat ini juga tengah dijajaki kemungkinan investasi pembuatan pabrik senjata di negara Timur Tengah dengan izin atau lisensi dari Indonesia," kata Deny.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Hafidz menilai bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Indian Ocean Rim Asosiation (IORA) yang baru saja digelar di Indonesia menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan pemerintah dalam meningkatkan kinerja perdagangan yang sempat lesu. Apalagi, menurutnya, isu keamanan maritim menjadi salah satu faktor terbentuknya perkumpulan negara-negara di kawasan Samudera Hinda ini.
Meutya menyebutkan, perusahaan Indonesia yang memproduksi alutsista harus mampu menangkap peluang pasar di Afrika dan Timur Tengah, selain sebelumnya memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Saya kira ini peluang. PT PAL misalnya, harus melihat apa saja kebutuhan maritim yang mereka saat ini mereka miliki. Selain kapal, yang paling utama juga radar," katanya.