REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan hasil riset dari lembaga analisis pasar yang berbasis di London yakni Mintel menyebutkan bahwa, Indonesia memimpin pangsa pasar kopi di Asia dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,6 persen selama lima tahun. Setelah itu disusul oleh India sebesar 15,1 persen, dan Vietnam 14,9 persen.
Secara keseluruhan pertumbuhan pangsa pasar kopi global berjalan stabil. Pada 2016 volume pertumbuhan pasar ritel kopi sekitar 2,7 persen, meningkat dari 2015 sebesar 2,5 persen.
Meledaknya pertumbuhan pangsa pasar kopi di Asia didukung oleh inovasi dari produk-produk kopi. Berdasarkan data dari Mintel's Global New Products Database (GNPD) menyebutkan, antara 2011 dan 2016 pertumbuhan produk kopi baru di Asia mencapai 95 persen. Analys Global Drinks Mintel Jonny Forsyth mengatakan, industri kopi secara global ikut bertumbuh akibat didorong oleh pertumbuhan yang pesat di Asia.
"Potensi pertumbuhan di Asia sangat potensial karena konsumen yang biasanya menikmati teh secara perlahan mulai menikmati kopi," ujar Jonny dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (2/3).
Ditinjau dari cita rasa lokal, Asia Pasifik memimpin pertumbuhan untuk konsumsi kopi siap minum. Pada 2016 sekitar 29 persen produk minuman kopi diluncurkan di Asia Pasifik, dan jumlah ini lebih tinggi ketimbang di Eropa yang hanya mencapai 10 persen.
Di sisi lain, kopi instan masih mendominasi di pasar Asia. Pada 2016 sekitar 42 persen produk kopi siap minum diluncurkan di Asia Pasifik, sedangkan di Eropa hanya 20 persen, dan Amerika Utara sekitar 6 persen.
Jonny menambahkan, konsumen di negara berkembang telah mengembangkan selera minuman kopi mereka sehingga pertumbuhan inovasinya cepat. Meskipun pangsa pasar kopi premiun meningkat di kancah global, produk kopi siap minum tetap memegang segmen penting terutama di Asia.
"Meski konsumen cenderung menikmati kopi siap minum, pertumbuhan pangsa pasar biji kopi masih akan meningkat," kata Jonny.
Jonny mengatakan, komoditas kopi juga mengalami pertumbuhan gelombang ketiga dimana industri ini fokus secara intensif pada sumber biji kopi, cara roasted, dan metode brewing. Amerika disebut sebagai pemimpin pangsa pasar industri kopi gelombang ketiga ini yakni sebesar 27 persen.
Gelombang ketiga industri kopi juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan penelitian Mintel, sekitar 67 persen konsumen perkotaan di Indonesia lebih memilih kopi yang berkualitas ketimbang kopi instan. Sementara sekitar 22 persen konsumen Indonesia memiliki pengetahuan tentang kopi dan menganggap bahwa belajar mengenai kopi sangat penting.
Jonny menjelaskan, sebagian besar pangsa pasar kopi tetap berada di gelombang pertama, namun ada pula yang memasuki gelombang kedua dimana pertumbuhan kedai kopi semakin agresif. Pesatnya pertumbuhan kedai kopi ini membuat kopi menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.
Menurutnya, di Asia sebagian besar mulai bergerak dari gelombang pertama ke gelombang kedua. Sedangkan beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Indonesia sedang bergerak ke arah pengembangan di gelombang ketiga.
"Beberapa kedai kopi di Indonesia misalnya fokus secara eksklusif untuk menampilkan kekayaan kopi lokal," kata Jonny.