Rabu 24 Jun 2020 20:22 WIB

Menkop: RI Bisa Impor Kopi Jika Produksi tidak Naik

Konsumsi kopi Indonesia naik dari 250 ribu ton di 2016 menjadi 335 ribu ton di 2019

Petani memetik kopi Arabika (Coffea arabica) di perladangan lereng gunung Sindoro Desa Canggal, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (19/6/2020).Konsumsi kopi di Indonesia naik dari 250 ribu ton di 2016 menjadi 335 ribu ton di 2019
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Petani memetik kopi Arabika (Coffea arabica) di perladangan lereng gunung Sindoro Desa Canggal, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (19/6/2020).Konsumsi kopi di Indonesia naik dari 250 ribu ton di 2016 menjadi 335 ribu ton di 2019

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan Indonesia berpotensi mengimpor kopi dalam jumlah besar. Kondisi ini bisa terjadi jika produksi kopi dalam negeri tidak sebanding dengan konsumsi yang terus bertumbuh setiap tahunnya.

Menteri Teten menyebutkan bahwa konsumsi kopi di Indonesia tumbuh setiap tahunnya. Pada 2016, konsumsi kopi tercatat sebanyak 250 ribu ton, kemudian meningkat menjadi 335 ribu ton pada tahun 2019.

Baca Juga

Sementara itu pada tahun ini, konsumsi kopi diprediksi akan mencapai 353.000 ton. Teten menjelaskan kopi Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22 persen per tahun.

"Konsumsi kopi hari ini sudah setengah kilogram per kapita per tahun. Kalau tidak disertai dengan pertumbuhan produksi kopi on farm dalam negeri, kemungkinan kita bisa impor di kemudian hari," kata Teten dalam diskusi "Kemitraan Strategis Produksi Kopi Berkelanjutan di Indonesia" yang digelar di Jakarta, Rabu (24/6).

Teten menjelaskan konsumsi kopi di Indonesia terus tumbuh, seiring dengan pertumbuhan kelas menengah yang juga meningkat karena perbaikan kesejahteraan. Kopi juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup para anak muda.

Kenaikan konsumsi kopi pun turut berpengaruh pada menjamurnya jumlah gerai kopi dari 1.083 outlet pada 2016, naik tiga kali lipat menjadi 2.937 outlet pada 2019. Dengan jumlah gerai kopi sebanyak 2.937 outlet di seluruh Indonesia, nilai pasar kedai kopi diperkirakan lebih dari Rp 4,8 triliun per tahun.

Di sisi lain, Chairman of Executive Board dari Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), yang juga founder Anomali Coffee, Irvan Helmi, menyebutkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, konsumsi kopi di Indonesia tercatat mencapai 102 persen. Namun, pertumbuhan produksi kopi dalam periode yang sama hanya bertumbuh 3-4 persen.

"Ini bukan berita buruk, ini sebuah sinyal peluang, bagaimana kita mengubah peluang ini agar menjadi gerakan kemitraan untuk mendorong kopi berkelanjutan," kata Irvan.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, menyebutkan bahwa Indonesia tercatat mengimpor kopi sebanyak 50.700 ton pada 2019.

Volume impor tersebut tidak sebanding dengan jumlah ekspor kopi Indonesia sebesar 553.900 ton pada 2019. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan 2018 sebesar 493.400 ton.

Musdhalifah juga mencatat bahwa total luas lahan kopi Indonesia pada tahun 2019 seluas 1,25 juta hektare dengan 96 persen di antaranya milik perkebunan rakyat.

Produktivitas kopi dari pekebun rakyat pun dinilai masih kecil, yakni 800 kilogram per hektare; sedangkan produktivitas kopi dari perkebunan besar negara mencapai 853 kg per ha, dan untuk perkebunan swasta mencapai 860 kg per ha.

"Di Vietnam mereka sudah sampai 2 ton per hektare. Salah satu yang menjadi pemicu produktivitas mereka tinggi adalah air dan pupuk yang optimal," kata Musdhalifah.

Ia menilai bahwa salah satu dukungan untuk meningkatkan produktivitas kopi, melalui bantuan subsidi pupuk. Namun, saat ini Pemerintah, yakni Kementerian Pertanian memprioritaskan subsidi pupuk untuk tanaman pangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement