REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan eskpor impor pada Januari 2017 ini surplus 1,4 miliar dolar AS. Hal ini dikarenakan adanya penurunan nilai ekspor Indonesia pada Januari 2017 sebesar 3,21 persen dibandingkan ekspor Desember 2016.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan surplus ini juga didukung dengan surplus di sektor nonmigas sebesar 1,93 miliar dolar AS. Meski begitu, neraca perdagangan pada sektor migas defisit sebesar 0,54 miliar dolar AS karena masih bergantungnya Indonesia pada impor bahan bakar minyak.
"Namun harus dicatat, bahwa surplus bulan Januari 2017 ini merupakan surplus terbesar sejak 2014. Iramanya sangat bagus, dan pemerintah diharapkan bisa terus menjaga momentum ini," ujar Suhariyanto saat ditemui di Gedung BPS, Kamis (16/2).
Lihat juga: Neraca Perdagangan 2016 Catat Surplus 8,78 Miliar Dolar AS
Suhariyanto mengatakan neraca perdagangan yang baik pada Januari lalu bisa menjadi acuan pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan strategis bulanannya. Strategi yang dilakukan pemerintah sepanjang Desember Januari bisa menjadi salah satu cara untuk bisa meningkatkan konsistensi suplus kedepannya.
Meski begitu, ia mengatakan hingga saat ini ketergantungan Indonesia atas impor BBM dan bahan baku mentah menjadi salah satu dominasi yang menghiasi necara perdagangan ekspor impor. Ia menjelaskan, ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dan bahan baku mentah menjadi salah satu pemicu adanya defisit impor pada sektor migas.
"Peningkatan impor migas dipicu oleh naiknya nilai impor hasil minyak 319,9 juta dolar AS dan gas sebesar 76,3 juta dolar AS," ujar Suhariyanto.