Ahad 12 Feb 2017 23:06 WIB

Petani Keluhkan Respons Pemerintah Soal Anjloknya Harga Gabah

Rep: Andrian Saputra/ Red: Dwi Murdaningsih
Penduduk memisahkan gabah hampa dan isi dengan menggunakan angin laut di pinggir Pantai Pamayangsari, Desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. (Republika/Edi Yusuf)
Penduduk memisahkan gabah hampa dan isi dengan menggunakan angin laut di pinggir Pantai Pamayangsari, Desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Petani padi di Sragen mengeluhkan lambatnya pemerintah dalam merespon anjloknya harga juall gabah kering panen. Suwarto, tani rukun makmur di Desa Bandung, Ngrampal, Sragen mengatakan saat ini harga jual gabah basah Rp 3.300 per kilogram. sedang untuk gabah kering Rp 3.500 per kilogram. Harga jual tersebut berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yakni Rp 3.700 per kilogram.

"Petani ini banyak yang rugi, pemerintah tidak mengambil langkah cepat, Bulog juga tidak beli, sama sekali tidak ada perhatian," kata Suwarto.

Anjloknya harga gabah tersebut, jelas dia, sebagai dampak kondisi cuaca dimana hujan terus turun tiap hari. Akbiatnya, kata dia, dari 1 hektar lahan sawah padi yang dimilikinya dan telah dipanen bulan ini, Suwarto hanya mampu meraup hasil jual gabah sebesar Rp 18 juta. Padahal pada panen raya sebelumnya yakni pada Oktober tahun lalu, keuntungan berkisar Rp 27 juta hingga Rp 30 juta.

"Ini jatuh harganya, ada beberapa petani melon juga sama gagal karena buahnya busuk," kata dia.

Hal yang sama juga diungkapkan Warto, tani marsudi utomo, Desa Bener, Sragen. Dia mengatakan dari sekitar 400 meter persegi lahan, gabah yang dihasilkan hanya dikisaran 2 ton. Selain karena cuaca, dia juga mengeluh lantaran tanaman padinya banyak yang terserang hama wereng.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement