REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pekan kemarin mampu bertahan di zona hijau dengan penguatan sebanyak 0,92 persen atau lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya yang naik 1,11 persen. Pada pekan ini diprediksikan laju IHSG mencoba mempertahankan kenaikannya.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pada pekan lalu, pergerakan IHSG kembali mampu melampaui pencapaian level tertinggi sebelumnya di level 5.366,44.
"Pada minggu ini, kami memperkirakan IHSG akan bergerak di sekitar level support di 5.290-5.325 dan resistance akan berada di 5.370-5.385 dibandingkan dengan minggu lalu dimana target support di 5.275-5.289 dan resistance berada di 5.322-5.336. IHSG memberi sinyal mencoba mempertahankan kenaikannya," ujar Reza, Senin (6/2).
Di tengah kelanjutan untuk naik, kata Reza, kami masih mewaspadai aksi profit taking yang biasanya terjadi ketika IHSG pada saat ini. Selama tidak digunakan untuk profit taking besar dan mudah-mudahan rilis data makro dapat respon positif, maka bisa diprediksikan bahwa IHSG akan terus meningkat.
Sementara itu, laju IHSG mengakhiri awal pekan kemarin dengan penurunan melanjutkan pelemahan sebelumnya. Penguatan tipis rupiah dan masih adanya aksi beli asing belum cukup kuat mengangkat IHSG seiring masih adanya aksi jual.
Pelemahan bursa saham Asia seiring reaksi negatif atas kebijakan Trump terkait larangan visa beberapa negara dankembalinya asing melakukan net sell memberikan dampak negatif pada IHSG. Kembali melemahnya saham-saham big caps semakin membuat IHSG masih terperangkap di zona merah.
Di hari lainnya, penguatan saham-saham pertambangan memberikan sentimen positif pada bangkitnya IHSG. Meski laju rupiah masih melanjutkan pelemahan dan pergerakan bursa saham Asia masih cenderung variatif hingga naiknya inflasi Januari 2017 di atas perkiraan maupun lebih tinggi dari periode yang sama di tahun lalu tidak menghalangi IHSG menuju zona hijau.
Menguatnya saham-saham pertambangan logam tidak terlepas dari naiknya komoditas nikel seiring dengan aksi tutup tambang yang terjadi di Filipina. Rotasi saham-saham di lantai bursa dari sebelumnya di saham-saham pertambangan ke saham-saham konsumer yang dimotori oleh duo farmasi BUMN (INAF dan KAEF) masih mempertahankan laju IHSG di zona hijau.
"Mulai adanya aksi profit taking pada saham-saham pertambangan, membawa laju indeks pertambangan melemah namun, tidak sampai membawa IHSG ke zona merah karena masih terbantukan dengan pergerakan saham-saham dari sektor lainnya," jelas Reza.