REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren menabung saat ini tidak hanya di perbankan, tetapi juga di pasar modal. Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah gencar melakukan kampanye 'Yuk Nabung Saham'. Program ini terbukti dapat meningkatkan jumlah investor di pasar modal dari 15 persen menjadi 25 persen pada 2016.
Direktur Pengembangan BEI, Nicky Hogan mengatakan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi pasar modal saat ini meningkat, dari 3,7 persen pada 2013 menjadi 4,3 persen pada 2016. Sedangkan inklusi keuangan naik dari 0,11 persen menjadi 1,25 persen.
Kenaikan tersebut terjadi secara siginifikan saat BEI mulai mengkampanyekan Yuk Nabung Saham di 2016 ini. "Saat ini jumlah investor pemula naik cukup signifikan. Sekitar 80 persen investor dalam rentang usia 20-40 tahun," ujar Nicky dalam sosialisasi 'Yuk Nabung Saham' di Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/2).
Menurut Nicky, hal tersebut merupakan bukti keberhasilan program Yuk Nabung Saham. Selain itu, BEI juga menarik investor melalui Sekolah Pasar Modal yang rutin dilakukan. Dari kegiatan tersebut, pihak BEI mewajibkan peserta untuk membuka rekening efek. "Biasanya buka rekening efek di sekuritas itu bisa lima hari, peserta SPM itu buka rekening langsung jadi di hari yang sama. Jadi selesai SPM mereka bisa bawa pulang saham," ujarnya.
Dengan demikian, pihaknya berusaha agar masyarakat tertarik untuk investasi jangka panjang di BEI atau dalam istilah lain yakni menabung saham.
Pengamat Pasar Modal, Satrio Utomo menjelaskan, literasi pasar modal di Indonesia masih sangat kurang dibandingkan negara tetangga. "Singapura dua per tiga penduduk sudah menjadi investor pasar modal, Malaysia seperlima yang miliki rekening pasar modal. Kita itu 0,15 persen, tidak pernah bisa mecapai 0,2 persen dari jumlah penduduk saat ini," ujar Satrio.
Kemudian BEI mencanangkan program Yuk Nabung Saham, dengan mengkampanyekan bahwa uang Rp 100 ribu bisa digunakan untuk berinvestasi saham. Awalnya ia menilai program ini tidak bagus karena melihat dengan dana yang sangat kecil itu akan sulit sekali untuk menentukan saham mana yang akan dibeli dengan keuntungan besar, sehingga terkesan mirip seperti judi.
"Ternyata program ini sukses mengundang investor pemula. Sekarang pertumbuhannya sudah 25 persen per tahun, dibandingkan dulu yang hanya 15 persen," katanya. Oleh karena itu, ia menilai program ini sangat bagus untuk dilanjutkan.