REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyiapkan dana sebesar Rp 4 triliun untuk rencana pengembangan bisnis secara anorganik melalui anak usaha. Direktur Keuangan BNI, Rico Rizal Budidarmo menjelaskan, anggaran tersebut digunakan untuk memperkuat bisnis asuransi BNI Life, BNI Asset Management, dan BNI Securities.
"Kami akan kembangkan asuransi umum BNI Life, lalu membesarkan portofolio BNI Securities untuk mendorong pembangunan infrastuktur dengan penjaminan utang, dan BNI Asset Management untuk mendongkrak fee based," ujar Rico di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis (27/1).
Adapun sebanyak Rp 1,5 triliun dari anggaran tersebut akan digunakan untuk mengakuisisi startup company untuk mengembangkan bisnis digital banking. Perseroan juga tengah mengkaji untuk modal ventura dan capital investment.
Sementara untuk penguatan modal BNI Syariah, lanjut Rico, rencananya akan dilakukan initial public offering (IPO) atau menerbitkan sub-ordinated loan. Menurut Rico, pengembangan bisnis anak usaha ini dilakukan untuk mendukung BNI menyalurkan pembiayaan ke segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Rencananya di tahun ini perseroan akan memperkecil segmen bisnis korporasi dan lebih memfokuskan bisnis UMKM sebagai mandat dari Presiden Joko Widodo. Selain itu, perseroan juga berencana untuk membidik dana sebesar Rp 10 triliun melalui penerbitan obligasi sebesar Rp 5 triliun, Negotiabel Certificatedan Deposit (NCD) sebesar Rp 3 triliun, pinjaman bilateral dan dalam bentuk lainnya pada kuartal 2 tahun ini.
Direktur Treasury BNI, Panji Irawan mengatakan, obligasi akan diterbitkan dalam rupiah karena dari segi harga lebih menguntungkan. Perseroan juga akan mengkonversi obligasi valuta asing ke pinjaman bilateral.
"Manfaatnya pricing lebih bagus jadi bisa menghemat funding dalam valas," ujar Panji.
Menurut Panji, rencana ini dilakukan untuk menjaga likuiditas perseroan. Perseroan akan menjaga loan to deposit ratio (LDR) di bawah 90 persen pada tahun ini.