Rabu 25 Jan 2017 19:49 WIB

AS Keluar TPP, Pemerintah Pantau Efeknya ke Cina

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Peti Kemas
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Peti Kemas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mewaspadai imbas yang dirasakan Cina atas kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang lebih protektif. Hal ini karena cukup banyak volume ekspor Indonesia ke Cina yang kemudian diolah menjadi produk jadi atau setengah jadi.

Produk olahan Cina ini kemudian diekspor oleh Cina ke AS. Artinya, bila AS menahan laju impornya dari Cina, maka secara tak langsung permintaan bahan baku dari Indonesia untuk Cina akan merosot. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan, sebetulnya imbas dari prinsip proteksionisme yang dijalankan AS ini memiliki efek ikutan. Alasannya, Cina yang disebut sebagai sasaran utama kebijakan ini justru menyerap bahan baku dari negara-negara lainnya. 

Apalagi, lanjut Suahasil, pertumbuhan ekonomi Cina memiliki sumbangan cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hitungannya, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi Cina berpotensi mendongkrak pertumbuhan Indonesia di rentang 0,2 hingga 0,3 persen. 

"Ya sudah kita lihat (hitungan) itu. Karena hubungan kita itu lewat ekspor yang banyak ke Cina," ujar Suahasil di kantor Bank Indonesia, Rabu (25/1). 

Kondisinya, lanjut Suahasil, bila Cina mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi maka volume ekspor Indonesia juga otomatis akan meningkat. Sebaliknya, bila pertumbuhan ekonomi Cina melambat, maka pertumbuhan ekspor Indonesia ikut melambat. 

Meski perang dagang antara AS dan Cina semakin terlihat, Suahasil menilai masih ada celah bagi Indonesia untuk mengadakan kerja sama bilateral dengan AS. Apalagi, Trump sejak awal menyatakan ingin meningkatkan kerja sama bilateral.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement