REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang terus meningkatkan produktivitas tanaman padi di daerahnya. Untuk ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan setempat terus mendorong penerapan sistem tanam padi ‘jajar legawa’.
Kini, seudah lebih dari 70 persen pertanian di Kabupaten Semarang menerapkan jajar legawa. Hingga saat ini, implementasi sistem tanam padi dengan pengaturan jarak antar benih ini telah diaplikasikan hampir seluruh kawasan ‘lumbung’ maupun sentra penghasil padi di Kabupaten Semarang.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Semarang, Urip Triyoga mengatakan, wilayah sentra penghasil padi yang telah 100 persen magaplikasikan system ini meliputi Kecamatan Suruh, Kaliwungu, Susukan, Tengaran serta Kecamatan Banyubiru.
“Khusus untuk wilayah Kecamatan Bringin dan Kecamatan Bancak serta kecamatan lainnya saat ini terus didorong untuk melaksanakan sistem tanam jajar legawa ini,” ujarnya di Ungaran, Rabu (18/1)
Secara keseluruhan, jelasnya, penerapan sistem tanam padi jajar legawa di Kabupaten Semarang telah mencapai lebih dari 70 persen. Aplikasi jajar legawa pola 2-1, 3-1 atau 4-1 telah diterapkan dengan menyesuaikan kondisi lapangan.
Pola jajar legawa ini digalakkan guna mendorong produktivitas pertanian tanaman pangan, khususnya untuk tanaman padi. Selain mampu menghasilkan hasil panen lebih banyak, sistem ini juga terbukti mampu menghasilkan padi yang berkualitas.
Melalui sistem tanam jajar legawa, produktivitas petani di lapangan bisa meningkat hingga 10 persen. Meski begitu, ia juga mengakui tidak semua lahan persawahan di wilayah kabupaten Semarang bisa dioptimalkan dengan sistem ini.
Sebab produktivitas pertanian dengan sistem jajar legawa ini juga akan tergantung dengan kesuburan lahan dengan varietas padi yang dibudidayakan.
Artinya, hasil produksi antara wilayah satu dengan lainnya dipastikan tidak akan sama. “Namun hasil produksi aplikasi sistem dipastikan akan meningkat, meski persentasenya berada pada kisaran 5 hingga 10 persen,” kata dia.