Senin 09 Jan 2017 16:12 WIB

Pelaku Usaha Kuliner di Lombok Keluhkan Tingginya Harga Cabai

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
Cabai (ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sejumlah pelaku usaha kuliner di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluhkan tingginya harga cabai saat ini. Salah satunya ialah Yani (28 tahun), pemilik Warung Kelor yang menyajikan hidangan Nasi Jinggo khas Bali di Kekalik, Mataram, NTB, ini mengaku pusing dengan terus menunggunya harga cabai.

"Pusing dan capek, harganya kok tidak turun-turun," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (9/1).

Saat ini, ia membeli cabai dengan harga sebesar Rp 85 ribu per kg, atau jauh dari harga normal yang hanya sekitar Rp 15 ribu per kg. Dia menuturkan, kenaikan ini mulai terasa menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan jelang pergantian tahun baru.  

Setiap hari, dia harus menyediakan minimal satu kg cabai untuk diolah dalam sejumlah masakan yang ia tawarkan kepada konsumen.  Warga Cakranegara, Mataram, itu mengaku pernah menyiasatinya dengan menggunakan cabai kering. Namun tidak berlangsung lama lantaran cita rasa jauh berbeda dibandingkan dengan cabai segar. "Coba-coba gunakan cabai kering, tapi kok rasanya nggak seenak cabai segar," ujarnya.

Dia mengungkapkan, kenaikan harga cabai tak berpengaruh besar dari segi penjualan. Ia katakan, tidak ada perbedaan drastis pada jumlah pembeli di warungnya ini. Namun, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan pemasukan. Hal ini karena, dengan semakin tinggi harga cabai, berimbas pada segi pemasukan yang tidak sebesar biasanya.

"Dari shbuh sampai malam, pembeli tetap ada, tapi untungnya tipis, capai rasanya, tolong pemerintah mencari solusinya lah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement