Kamis 05 Jan 2017 14:04 WIB

Krakatau Steel Siapkan 100 Ton Bahan Baku Cangkul

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Seorang petani mencangkul sawah, ilustrasi
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang petani mencangkul sawah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Krakatau Steel menjadi perusahaan yang akan mensuplai bahan baku untuk pembuatan perkakas pertanian seperti cangkul, sekop, mata garu, egrek, dan dodos. Selama ini, Krakatau Steel tidak menyuplai kebutuhan ini karena tidak adanya komunikasi dari produsen cangkul untuk mencari bahan dasar tersebut.

Direktur Utama PT Krakatau Steel Sukandar mengatakan, pihaknya bisa memproduksi satu lembar baja canai (coil/plates) seberat 23 ton (23 ribu kilogram). Jumlah ini bisa digunakan untuk memproduksi mata cangkul sekitar 23 ribu buah. Sebab satu cangkul diperkirakan menghabisan satu kilogram baja untuk bahan baku.

"Kami siap berapapun kebutuhan pelaku industri cangkul. Bulan ini pun kami sudah siap untuk mendistibusikan bahan baku ini," kata Sukandar, di Jakarta, Kamis (5/1).

Menurut Sukandar untuk awal tahun ini pihaknya telah berkoordinasi dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk mendistribusikan bahan baku tersebut. Januari ini, PT Krakatu Steel bakal menyalurkan sebanyak 100 ton atau 100 ribu kilogram bahan baku. Ini sebagai percobaan pertama untuk melihat potensi pasar atas produksi dalam negeri.

Meski ada permintaan bahan baku ini, dia mengatakan produksi Krakatau Steel tidak akan mendapat hambatan. Sebab kapasitas produksi Krakatau Steel masih besar, apalagi perusahaan ini akan segera menambah jumlah pabrik untuk meningkatkan produksi baja.

Direktur Utama PT PPI Agus Andiyani menjelaskan, sebelum ada kerja sama ini pihaknya memang mendapatkan izin untuk mengimpor cangkul dan perkakas lain guna kebutuhan sektor pertanian. Namun, dengan adanya kesanggupan dari PT Krakatau Steel untuk menyediakan bahan baku, dan PT Boma Bisma Indra (BBI) yang mengolah menjadi bahan setengah jadi, maka ketersediaan perkakas pertanian bisa lebih terjaga. Hal ini memastikan PT PPI tidak akan menggunakan izin impor untuk perkakas pertanian.

"Izin impor tidak akan kita pakai dulu. Intinya sekarang bagaimana membuat harga pacul (cangkul) tidak mahal dan IKM kita bisa hidup," ungkap Agus. Dengan 34 kantor cabang yang dimilki PT PPI maka pendistribusian bahan setengah jadi untuk perkakas dinilai bisa lebih tersebar dan merata di semua daerah.

Direktur Utama PT Boma Bisma Indra (BBI) menuturkan, selama ini pihaknya baru mampu memproduksi sekitar 250 ribu cangkul setiap bulannya. Dengan adanya pembatasan impor cangkul dari Cina, maka BBI akan berusaha menutupi gap kekosongan tersebut melalui peningkatan produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement