REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fundamental ekonomi Indonesia yang solid diperkirakan dapat menahan potensi aliran modal keluar (capital outflow) yang diperkirakan akan terjadi seandainya bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga lebih agresif pada tahun depan.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, pemerintah dan BI juga perlu mengantisipasi capital outflow seandainya kenaikan suku bunga AS lebih agresif pada tahun depan.
"Langkah antisipatif tersebut ditunjukkan dengan perpanjangan kerja sama bilateral swap agreement dengan pemerintah Jepang," ujar Josua pada Republika, Rabu (14/12).
Menurut Josua, secara keseluruhan dengan semakin solid fundamental ekonomi Indonesia serta penguatan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter, ia menilai potensi capital outflow cenderung terbatas.
Faktor fundamental yang semakin solid justru membatasi capital outflow bukan hanya dalam jangka pendek hingga akhir tahun ini saja, namun juga pada tahun depan. Sepanjang kondisi fundamental terjaga, kata Josua, iklim investasi semakin kondusif, kestabilan politik tentunya investor asing pun masih akan tetap bertahan berinvestasi di Indonesia.
"Apalagi mengingat effective policy rate Indonesia cenderung masih yang paling besar dibandingkan dengan negara-negara di kawasan, sehingga membuat investasi semakin atraktif," ujar Josua.