REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Dalam pertemuan di Wina pada beberapa waktu lalu, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat membatasi produksi minyak. Hal itu membuat harga minyak melonjak tajam.
Sampai Jumat (2/12) harga minyak dunia bahkan ditutup menguat ke level tertinggi dalam 17 bulan. Pelonjakkannya sampai ke level 51,68 dolar AS per barel.
Bank Indonesia (BI) mengaku sudah memperkirakan kenaikan harga minyak dunia. BI memprediksi harga minyak mentah Indonesia (ICP) berada pada level 40 dolar AS per barel pada tahun ini.
"Harga minyak, asumsi kami akan lebih tinggi tahun depan," ujar Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung, pada Pelatihan Wartawan Ekonomi di Bali, Sabtu, (3/12).
Ia menjelaskan, perhitungan ICP biasanya adalah acuan minyak mentah Brent yang saat ini di kisaran 48 sampai 49 dolar AS per Barel. Diperkirakan ICP akan mencapai rata-rata 45 dolar AS per barel pada 2017.
Menurut Juda, angka tersebut cukup masuk akal dan konservatif sebagai asumsi harga minyak mendatang. "Ini pengaruhnya ke mana-mana, ke neraca pembayaran, ke fiskal, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain," tambahnya.