Jumat 07 Nov 2025 12:38 WIB

AQUA Ajak Gen Z Jangan Mudah Terpapar Misinformasi, Pahami Komunikasi Krisis di Era Digital

Gen Z diajak melakukan validasi atas informasi yang berlalu lalang di era digital.

Bedah buku mengenai krisis komunikasi di era digital digelar di UI. Danone turut serta dalam acara tersebut.
Foto: istimewa
Bedah buku mengenai krisis komunikasi di era digital digelar di UI. Danone turut serta dalam acara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Brand air minum dalam kemasan AQUA hadir dalam acara Studium Generale bertajuk Bedah Buku Komunikasi Krisis Digital di Auditorium Vokasi Universitas Indonesia (UI), Kamis (6/11/2025).

Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber lintas bidang komunikasi: Arif Mujahidin (Corporate Communications Director Danone Indonesia), Rulli Nasrullah (penulis dan pakar komunikasi digital), Diah Widyawati (Tenaga Ahli KPU RI dan penulis), serta Jojo Suharjo, CEO Makaravox, yang juga bertindak sebagai moderator.

Diskusi diawali bedah buku Komunikasi Krisis Digital oleh para penulisnya, yang membahas bagaimana lanskap media berubah cepat dan menuntut kecepatan sekaligus ketepatan dalam mengelola informasi publik.

Sesi dilanjutkan dengan pemaparan dari Arif Mujahidin, yang membagikan pengalaman praktis mengelola reputasi dan komunikasi korporasi di tengah derasnya arus isu digital.

Acara ini dihadiri ratusan mahasiswa dan dosen dari berbagai jurusan. Mayoritas peserta berasal dari kalangan Generasi Z, yang dikenal aktif di media sosial dan menjadi kelompok paling rentan terhadap potensi terpapar oleh konten yang berisi misinformasi.

Karena itu Arif mengajak mahasiswa UI kalangan Gen Z untuk melakukan validasi atas informasi yang berlalu lalang di era digital saat ini.

Dalam sesi diskusi, Arif Mujahidin menekankan pentingnya literasi informasi dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi arus informasi di dunia maya yang didominasi oleh noise (kebisingan) sehingga membuat voice (suara dan informasi sejati) turtutupi.

Ia menjelaskan bagaimana tim komunikasi Danone Indonesia, termasuk AQUA, menjaga kepercayaan publik melalui pendekatan edukatif dan transparansi.

“Kami memilih jalur edukasi dan keterbukaan. Kami menjelaskan isu-isu baik secara langsung maupun tidak langsunh kepada pemangku kepentingan dan publik melalui media, kanal digital, dan forum-forum akademik seperti ini. Kami juga mengajak pemangku kepentingan berkunjung ke pabrik untuk melihat sumber air dan upaya konservasi yang dilakukan AQUA,” kata Arif.

Ia juga meluruskan sejumlah kesalahpahaman publik terkait sumber air AQUA. Menurutnya, air yang digunakan AQUA berasal dari sistem hidrogeologi pegunungan, bukan air tanah biasa.

“Sumber air AQUA terbukti berasal dari sistem air pegunungan melalui hasil penelitian hidro isotop, yang menunjukkan kesamaan ‘DNA’ airnya dengan air hujan yang tersimpan di akuifer pegunungan tempat pabrik kami berada. Jadi pengeboran hanyalah cara untuk mengakses air dari sistem pegunungan, bukan mengambil air tanah secara sembarangan,” jelas Arif.

Arif menambahkan, untuk menjaga kelestarian sumber air, AQUA menjalankan konservasi terintegrasi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS).

Upaya ini meliputi penanaman pohon dan pembuatan sumur resapan di hulu, penerapan pertanian regeneratif di tengah DAS, hingga program Water Access, Sanitation, and Hygiene (WASH) — inisiatif penyediaan akses air bersih dan sanitasi berbasis partisipasi masyarakat.

Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya mahasiswa yang mengajukan pertanyaan seputar strategi komunikasi dan pengelolaan krisis di era digital. Seorang mahasiswa Vokasi UI peserta acara mengaku mendapatkan pemahaman baru setelah mendengar penjelasan Arif.

“Penjelasan Pak Arif menjawab kesalahpahaman saya tentang sumber air AQUA. Saya juga jadi tahu bagaimana mereka menjaga kelestarian lingkungan lewat program konservasi. Menarik sekali melihat sisi komunikasi dari dunia industri,” ujarnya.

Moderator acara, Jojo Suharjo, menilai diskusi ini menjadi jembatan antara teori akademik dan praktik nyata di lapangan.

“Mahasiswa bisa melihat bagaimana teori krisis komunikasi diterapkan dalam industri. Praktik yang dilakukan AQUA dapat menjadi contoh konkret dalam mengelola reputasi di tengah gempuran informasi digital,” kata Jojo.

Sementara itu, Kaprodi Humas Vokasi UI, Mareta Maulidiyanti, menyampaikan apresiasi atas kehadiran para narasumber dan berharap kolaborasi serupa terus berlanjut.

“Kehadiran praktisi seperti Pak Arif memperkaya wawasan mahasiswa. Kami ingin melahirkan generasi komunikator muda yang kritis, adaptif, dan tidak mudah terpengaruh misinformasi,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement