REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis obligasi Danareksa Sekuritas Yudhistira mengatakan, peningkatan jumlah emiten yang masuk ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) Periode II 2016 menunjukkan bahwa pasar modal syariah sangat menjanjikan bagi para emiten. Apalagi, penerbitan sukuk korporasi kini makin marak seiring dengan penerbitan obligasi korporasi.
"Sebenarnya lebih ke arah diversifikasi supaya bisa mendapatkan size yang diinginkan oleh emiten," ujar Yudhistira kepada Republika.co.id, Selasa (29/11).
Menurut Yudhistira, sektor yang paling banyak diminati oleh emiten di pasar syariah adalah dari sektor perbankan. Sebab, banyak sekali perbankan syariah di Indonesia yang bagus. Selain itu, proyek-proyek infrastruktur juga diminati namun emiten infrastruktur jarang menerbitkan sukuk karena aset underlying belum ada. Untuk menerbitkan sukuk, diperlukan aset underlying yang juga syariah. Terkadang, bagi emiten infrastruktur hal ini cukup merepotkan.
"Lagian, selama BUMN pasti laku terjual jadi tidak perlu diversifikasi ke sukuk walaupun minatnya banyak," kata Yudhistira.
Dengan penerbitan investasi syariah seperti sukuk akan sangat membantu mendorong perkembangan pasar syariah ke depan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pipeline penawaran umum untuk IPO Saham saat ini berjumlah 5 perusahaan, Penawaran Umum Obligasi sebanyak 4, dan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi sebanyak 2. Sementara, belum terdapat pernyataan pendaftaran sukuk karena masih dalam proses.
Outstanding sukuk korporasi per 25 November 2016 yakni sebesar Rp 12,55 triliun atau meningkat 26,78 persen year to date. Sedangkan pertumbuhan reksa dana syariah yakni NAB per 18 November 2016 mencapai Rp 12,04 triliun atau meningkat 9,35 persen year to date.