REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menilai kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan stabil di tengah-tengah pelemahan ekonomi dunia. Untuk itu ia mengimbau agar para pelaku usaha jangan pesimistis menghadapi perekonomian.
Hal ini berdasarkan peningkatan pertumbuhan ekonomi RI yang terus meningkat dari 4,94 persen pada kuartal I hingga 5,02 persen pada kuartal III 2016.
“Kenapa kita tidak sangat optimistis untuk menuju ke depan,” kata Presiden Joko Widodo dalam Rapat Tahunan Bank Indonesia di JCC, Selasa (22/11).
Presiden menuturkan, kondisi ekonomi stabil ditandai dengan inflasi yang terjaga di kisaran bawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia di 4 plus minus 1 persen, lalu defisit transaksi berjalan yang turun dari 2,20 persen menjadi 1,80 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III.
Untuk mendorong perekonomian depannya, kata Presiden, pemerintah akan berusaha meningkatkan daya saing dengan mengedepankan ease of doing bussiness di Indonesia serta meningkatkan produktivitas.
Kebijakan lainnya, pemerintah akan lebih mendorong pemberantasan korupsi dan pungutan liar, menggarap serius inefisiensi birokrasi dan mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastuktur dinilai sangat penting untuk pemerataan ekonomi dan juga menahan laju inflasi dari kenaikan harga.
“Ini pokok yang harus kita kejar. Kalau ini bisa diselesaikan, kita yakin kita punya fondasi yang baik untuk tinggal landas ke level yang lebih baik. Apa yang harus dilakukan banyak sekali,”katanya.