Kamis 10 Nov 2016 21:21 WIB

Cabai dan Bawang Merah Penyumbang Terbesar Inflasi Tahun Ini

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Budi Raharjo
Cabai merah
Foto: Antara
Cabai merah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia memproyeksikan tingkat inflasi di akhir tahun terutama pada November masih dipengaruhi oleh pergerakan harga bahan makanan bawang merah dan cabai merah. Dua komoditas ini, khususnya di luar Jawa, masih mengalami kenaikan sehingga menyumbang laju inflasi.

Meski begitu, inflasi di akhir tahun tetap bisa terjaga sesuai patokan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 di angka 4 persen. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyebutkan pekan pertama November inflasi tercatat 0,24 persen. Artinya, inflasi November akan terjaga di rentang 3,1 hingga 3,2 persen secara tahun ke tahun.

"Pendorong di pekan pertama, saya masih lihat ada tekanan di volatile foods khususnya bawang merah, cabai merah. Itu terdapat di beberapa pulau di luar Jawa," ujar Agus di Kementerian Keuangan, Kamis (10/11).

Agus mengungkapkan, laju inflasi yang terjaga di atas 3 persen dipengaruhi oleh pengurangan subsidi listrik yang akan dilakukan untuk golongan 450 dan 900 Volt Ampere (VA). Pengurangan subsidi ini dinilai akan berikan sumbangan laju inflasi di masyarakat. Meksi begitu, ia tetap meyakini kontribusi volatile foods atas inflasi lebih besar dibanding pengurangan subsidi lsitrik.

"Ya karena kita lihat dalam diskusi APBN 2017, juga dibicarakan rencana pengurangan subsidi listrik untuk yang 450 dan 900 VA, jadi kalau dilakukan pengurangan kan melakukan tekanan inflasi. Tapi kalau yang lainnya lebih ke kita lihat di volatile foods," ujarnya.

Sebelumnya, pemerintah optimistis nilai inflasi di akhir tahun di bawah 3 persen atau di bawah asumsi makro yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 di level 4 persen. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, keyakinan ini semakin besar setelah raihan inflasi sepanjang Januari hingga Oktober ini sebesar 2,11 persen. Sisa kuartal di tahun ini diyakininya bisa memberikan inflasi bulanan yang cukup rendah sehingga inflasi sepanjang 2016 tak sampai 3 persen.

Darmin menilai, inflasi yang rendah ini terjadi di tengah kenaikan sejumlah kelompok pengeluaran masyarakat seperti makanan jadi, perumahan, tarif listrik, dan bahan bakar. Ia menilai, rendahnya inflasi menjelang akhir tahun ini memberikan sinyal keberhasilan pemerintah dalam menjaga inflasi.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik merilis perkembangan harga berbagai komoditas pada Oktober 2016 ini menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan di 82 kota, inflasi Oktober tercatat sebesar 0,14 persen. Sementara, tingkat inflasi tahun kalender sepanjang Januari hingga Oktober 2016 tercatat sebesar 2,11 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun tercatat 3,31 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement