REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (10/11) sore, bergerak melemah sebesar 32 poin menjadi Rp 13.140 dari posisi sebelumnya sebesar Rp 13.108 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah yang masih mengalami depresiasi terhadap dolar AS lebih disebabkan faktor eksternal, terutama dari hasil Pemilu Presiden Amerika Serikat," ujar pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, pelaku pasar uang masih khawatir terhadap kebijakan Donald Trump nantinya dapat memicu gejolak pasar keuangan dunia mengingat di setiap kampanyenya cenderung memberikan pernyataan-pernyataan yang kontroversial. "Faktor risiko di pasar keuangan masih dalam ketidakpastian ke depannya," katanya.
Di sisi lain, kata dia, harga minyak mentah dunia yang berada di bawah level psikologis juga menjadi salah satu faktor yang menahan laju mata uang komoditas, seperti rupiah. Harga minyak mentah masih menjadi perhatian pelaku pasar dalam menempatkan investasinya di aset-aset negara penghasil komoditas. Harga minyak mentah jenis WTI crude pada hari Kamis (10/11) sore ini berada di posisi 45,11 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis brent crude di posisi 46,49 dolar AS per barel. Kendati demikian, menurut dia, penguatan dolar AS masih relatif terbatas karena sebagian pelaku pasar uang juga khawatir memegang aset dalam dolar AS mengingat ekonomi Amerika Serikat yang belum sepenuhnya membaik.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa terpilihnya Donald Trump juga dikhawatirkan dapat berdampak negatif pada perkembangan perjanjian perdagangan global. "Mungkin terlalu dini membayangkan perubahan dramatis dalam hubungan perdagangan yang ada. Namun, hal itu menjadi perhatian pelaku pasar," katanya. Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp 13.118 dibandingkan Rabu (9/11) Rp 13.084.