REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan masyarakat menjadi salah satu penunjang tumbuhan perekonomian sebuah negara. Namun kesehatan tersebut akan sulit dpenuhi jika jumlah industri farmasi masih minim. Hal ini lah yang tengah mendera Indonesia.
Direktur Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Detti Yuliati mengatakan, jumlah industri farmasi Indonesia memang sangat sedikit. Dengan total jumlah penduduk sekitar 257 juta jiwa, industri farmasi dalam negeri hanya mencapai 214 perusahaan.
"Kalau negara yang besar itu harusnya memiliki ribuan industri farmasi," kata Detti dalam diskusi investasi sektor farmasi di kantor Badan Koordinasi Penananam Modal (BKPM), Kamis (3/11).
Detti menjelaskan, pertumbuhan industri farmasi setiap tahunnya juga masih sedikit. Dari jumlah industri farmasi sebanyak 192 pada 2014, jumlah ini cukup tumbuh menjadi 211 pada 2015. Tapi pertumbuhannya kemudian melambat dan hanya bertambah tiga industri menjadi 214 pada 2016.
Selain industri farmasi, Indonesia hanya memiliki industri obat tradisional sebanyak 93 perusahaan, dan industri ekstrak bahan alam hanya ada sembilan industri. Bukan hanya minimnya jumlah industri kesehatan, produk farmasi yang dihasilkan pun lebih banyak menggunakan bahan baku impor. Bahkan jumlah impor bahan baku farmasi mencapai 90 persen.
Menurut Detti, Kemenkes sebenarnya telah memiliki isu strategis dlaam meningkatkan pelayanan kesehatan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2012. Perpres ini diperkuat oleh Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 dalam menyusun dan menetapkan rencana aksi untuk pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan.
"Ini memang menjadi konsen kami (Kemenkes) dalam meningkatkan ketersediaan obat untuk mendorong industri farmasi dalam penyedian obatnya," kata Detti menambahkan.
Adanya perkembangan industri farmasi dipercaya bisa memperbaiki tiga sektor yakni sektor sosial, ekonomi dan teknologi. Sektor sosial, pertumbuhan industri farmasi bisa menjaga keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat Indonesia Sebab tanpa obat dari industri farmasi yang baik maka kesehatan tidak akan jalan.
Dari sektor ekonomi, pertumbuhan industri farmasi bisa bisa meningkatkan produk domestik bruto karena perputaran uang untuk kesehatan akan berada di dalam negeri. Ini juga bisa meningkatkan devisa karena hasi dari industri farmasi bisa diekspor ke negara lain.
"Kalau teknologi, kita kan kaya akan sumber daya alam. Ini harusnya bisa dimanfaatkan," ujarnya.