REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Batam mulai kehilangan investor yang ingin berinvestasi. Mulai menjamurnya kawasan serupa di sekitar Asia Tenggara membuat persaingan menarik investor semakin ketat.
Guna mengejar investor untuk datang ke Batam, Badan Pengusahaan (BP) Batam terus berbenah sehingga investasi di Batam bisa kembali tumbuh. Deputi Bidang Pelayanan Umum Badan Pengusahaan (BP) Batam, Gusmardi Bustami menuturkan, saat ini BP Batam tengah mencoba menambah semua fasilitas bagi investor.
Kemudahan yang ada sekarang dianggap tidak cukup baik menggaet investor. "Sekarang pajak impor bebas, PPN impor bebas, PPN barang mewah bebas. Tapi negara lain lebih dari itu. Negara lain ada yang mengurangi pajak perusahaan, dan memberikan fasilitas lainnya," ujar Gusmardi, Senin (24/10).
Menurut Gusmardi, negara seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam membuka banyak kawasan investasi layaknya Batam di Indonesia. Dengan perkembangan ini, BP Batam meminta kepada Pemerintah pusat menurunkan pajak bagi perusahaan yang ada di Batam, serta pengurangan pajak penghasilan pegawainya.
Terkait kesulitan pembelian lahan, Gusmardi menuturkan, pihaknya sudah membuat kebijakan agar investor bisa membeli atau menyewa lahan dengan mudah dan biaya rendah. Dulu penyewaan lahan di Batam mencapai Rp 45 ribu per meter per 30 tahun. Tapi saat ini sudah ada yang disewakan Rp 300 ribu per meter per 30 tahun. Perbedaan harga ini tergantung wilayah strategis dan bentuk industri yang masuk ke Batam.
Selain bentuk industri, BP Batam juga memberikan perbedaan harga bagi perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi. Artinya untuk industri yang hanya menggunakan teknologi biasa saja, justru harga sewa lahan bisa lebih mahal. "Ini dilakukan untuk meningkatkan SDM yang ada di Batam," ujarnya.