REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves, berpendapat bahwa peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan manusia (human capital) merupakan kunci untuk mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan.
Jaminan terhadap akses pendidikan dan kesehatan, menurut dia, merupakan jawaban untuk menghadapi tantangan terbesar saat ini yaitu kesenjangan dalam memperoleh kesempatan. "Untuk menghadapi kesenjangan dalam memperoleh kesempatan yang sama, masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah daerah terutama level bupati dan kepala desa karena mereka yang bisa memastikan akses bagi warga miskin terpenuhi," kata Chaves dalam seminar "Supermentor16: End Poverty" di Jakarta, Senin (17/10) malam.
Sementara pemerintah pusat harus bisa menstabilkan kondisi makro ekonomi serta pertumbuhan, dan menyediakan kebijakan fiskal yang mendorong investasi serta infrastruktur. Dengan pengembangan sumber daya manusia melalui investasi di bidang pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan teknologi, penduduk Indonesia diharapkan lebih produktif karena produktivitas dapat meningkatkan taraf hidup seseorang.
"Swasta juga harus didorong untuk berinvestasi di sektor produksi yang dapat menciptakan pekerjaan berpenghasilan besar bagi seluruh rakyat," ungkap Chaves.
Indonesia, menurut dia, tidak memiliki pengalaman positif dalam mengatasi kesenjangan karena koefisien gini yang meningkat pesat dari 0,36 pada 2000 menjadi 0,41 pada 2013. "Kabar baiknya, Indonesia mampu mengurangi angka kemiskinan dari 25 persen ke sekitar 12 persen selama 1997-2000," tuturnya.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2016 sebesar 10,86 persen dengan rasio gini 0,40. Angka kemiskinan ditargetkan menurun menjadi 7,00 persen dengan rasio gini 0,36 persen pada 2019 melalui peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak dan perbaikan desain belanja negara.