Rabu 28 Sep 2016 06:42 WIB

Sikap Saudi-Iran Buat Harga Minyak Dunia Jatuh

Harga Minyak Dunia Turun - ilustrasi
Foto: blogspot.com
Harga Minyak Dunia Turun - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak jatuh sekitar tiga persen pada Selasa (27/9) atau Rabu (28/9) pagi WIB, setelah Arab Saudi dan Iran memusnahkan harapan pasar bahwa kedua produsen besar OPEC itu akan menemukan kompromi pada pertemuan Aljir untuk membantu mengurangi kelebihan pasokan global.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada wartawan di ibukota Aljazair, di mana OPEC dan produsen minyak lainnya berkumpul untuk Forum Energi Internasional pada 26-28 September. Ia tidak memperkirakan sebuah kesepakatan dapat dihasilkan dari konsultasi pada hari terakhir pertemuan.

Dia juga mengatakan, tidak berpikir ada kebutuhan untuk melakukan penyesuaian secara signifikan atau memotong pasokan dan bahwa Iran, Libya dan Nigeria harus diizinkan untuk memproduksi pada tingkat maksimum terlihat selama ini. "Jika Anda sedang mencari sesuatu yang berbahaya dari pertemuan ini, ini adalah itu," kata Jim Williams, analis di WTRG Economics London. 

"Alih-alih pemotongan, mereka memberitahu semua orang untuk secara substansial meningkatkan pasokan," kata Williams menambahkan.

Kontrak minyak mentah berjangka mengakhiri sesi dengan memberikan kembali sebagian besar dari keuntungan mereka yang diperoleh hari sebelumnya. Minyak mentah Brent untuk pengiriman November, yang menjadi patokan harga di Eropa, turun 1,38 dolar AS atau 2,9 persen menjadi menetap di 45,97 dolar AS per barel di perdagangan London.

Sementara itu, patokan harga AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, merosot 1,26 dolar AS atau 2,7 persen menjadi berakhir di 44,67 dolar AS per barel.

Dalam perdagangan pasca-penyelesaian (settlement), pasar mengurangi kerugian setelah kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) melaporkan penarikan mengejutkan sebanyak 752 ribu barel pada pekan lalu, dibandingkan perkiraan analis bertambah tiga juta barel.

Harga minyak telah merosot menjadi kurang dari setengah tertinggi mereka pada 2014, mendorong Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya untuk melakukan rebalancing pasar yang akan mengangkat pendapatan minyak yang mereka andalkan untuk anggaran nasional mereka.

Pembicaraan Aljir merupakan upaya kedua OPEC tentang kesepakatan produksi setelah putaran pertama yang gagal di Qatar pada April. Sebelumnya, Iran, mencoba untuk merebut kembali ekspor minyaknya yang hilang akibat sanksi, menolak tawaran Saudi untuk membatasi produksi dalam pertukaran untuk mengurangi pasokan oleh Riyadh.

Iran mengatakan tidak bersedia untuk membekukan produksi minyaknya pada level saat ini, mengandaskan ekspektasi pasar untuk kesepakatan pembekuan produksi di antara anggita OPEC.

Seperti rekannya Saudi, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pembicaraan Aljir bukan waktu untuk pengambilan keputusan, menunda kemungkinan setiap perjanjian hingga pertemuan kebijakan resmi OPEC yang ditetapkan pada 30 November di Wina.

Bijan mengatakan pada Selasa bahwa negaranya ingin menaikkan produksi minyak mentah menjadi empat 4 juta barel per hari dari tingkat saat ini 3,6 juta barel per hari. "Ini tidak ada dalam agenda kami untuk mencapai kesepakatan dalam perundingan OPEC di Aljir," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement