REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdagangan bebas yang dijalankan Indonesia dengan banyak negara menjadi persoalan baru untuk industri dalam negeri. Sebab produk yang diimpor ke Indonesia biasanya lebih murah dibandingkan dengan produk serupa yang dibuat industri indonesia.
Untuk menjaga agar industri dalam negeri mampu hidup dan tumbuh dalam pendapatannya, Pemerintah harus mendorong agar semua pembelian produk yang dianggarkan bisa menggunakan produk lokal. Dengan pembelian minimal oleh pemerintah, maka produk lokal diharap mampu bertahan ditengah gempuran produk impor.
"Anggaran belanja negara ini harus digunakan buat beli barang produk di dalam negeri, jangan impor. Kenapa harus lokal? Soalnya masih banyak kementerin dan lembaga masih mengimpor barang luar yang bisa kita buat sebenarnya," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Sutrisno, Jakarta, Selasa (20/9).
Benny menjelaskan, pihaknya sempat meminta sejumlah Kementerian dan Lembaga untuk menbuka anggaran mereka dalam membeli barang. Namun permintaan ini tidak diberi, karena dari data tersebut banyak kementerian dan lembaga yang tidak memaksimalkan barang dari Indonesia.
Padahal untuk menjaga ketahanan perekonomian Indonesia, seluruh kalangan masyarakat Indonesia bisa memaksimalkan produk lokal. Bukan hanya mengandalkan konsumsi masyarakat, tapi konsumsi itu malah barang dari luar.
Di sisi lain, Benny menyebut bahwa keikutsertaan Indonesia dalam free trade agreement (FTA) dengan sejumlah negara masih belum menguntungkan industri Indonesia. Meski komoditas Indonesia lebih mudah masuk ke negara lain, tapi sektor manufaktur yang nilai barangnya lebih tinggi justru membajiri pasar dangan dalam negeri.
Walaupun pasar Indonesia memang besar dengan jumlah populasi yang cukup banyak, hal ini justru tidak dinikmati oleh Industri dalam negeri. Kenikmatan ini baru dirasakan oleh Industri luar yang bisa menjual barangnya dengan murah ke seluruh pelosok Indonesia.