Jumat 22 Jul 2016 17:33 WIB

Pemerintah Akui Pemanfaatan Gas Masih Terkendala Infrastruktur

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Pengunjung menghadiri pameran teknologi infrastruktur gas alam di Jakarta, Selasa (22/3).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pengunjung menghadiri pameran teknologi infrastruktur gas alam di Jakarta, Selasa (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Peningkatan konsumsi gas untuk industri dan rumah tangga belum bisa diimbangi oleh ketersediaan infrastruktur gas. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, peningkatan kebutuhan gas untuk konsumen domestik sebesar sembilan persen setiap tahunnya sejak 2003 hingga 2016 ini. Meski begitu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja menyebutkan memang masih banyak pekerjaan rumah pemerintah terkait pembangunan infrastruktur gas.

"LNG ekspor masih besar sekali, mestinya LNG ekspor ini bisa untuk domestik. Hanya sekarang masih kesulitan, karena infrastruktur untuk terima LNG belum siap," kata Wiratmaja, Jumat (22/7).

Wirat mengambil contoh, pemanfaatan gas dari kilang Tangguh di Papua Barat semestinya bisa untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri. Sebanyak 40 persen produksi gas Tangguh bisa menghidupi industri dan kebutuhan rumah tangga, salah satunya di Jayapura, Papua. Hanya saja, Wiratmaja menyebutkan bahwa belum ada infrastruktur memadai yang bisa menyalurkan pasokan gas dari Tangguh tersebut. Selain itu, fasilitas LNG storage dan regasification juga masih minim.

Ia menyebutkan, Indonesia hanya memiliki ‎tiga infrastruktur LNG, yaitu FSRU milik PT Nusantara Regas di Jawa Barat, FSRU Lampung milik PT PGN (Persero) Tbk, dan regasification terminal Arun milik PT Pertamina (Persero) di Aceh.

"Iya, jadi LNG sudah tersedia di Tangguh. Tapi belum bisa dikirim ke Papua atau Merauke karena infrastruktur belum siap," katanya.

Wirat menambahkan saat ini tren pemanfaatan gas bumi untuk domestik meningkat dengan porsi 57 persen penyaluran gas untuk domestik. Pada 2015, kata dia, penyaluran gas untuk domestik sekitar 3.882 BBUTD (billion British thermal unit per day), sementara pada 2016 penyalurannya sebesar 4.016 BBUTD.

Sementara untuk ekspor, gas yang dipasok pada 2015 sekitar 3.090 BBUTD dan pada 2016 menurun menjadi 2.797 BBUTD. "‎Pasokan gas, untuk domestik trennya naik, gas untuk ekspor trennya turun. Arah ke depan gas untuk ekspor memang akan turun, dan domestik naik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement