Kamis 14 Jul 2016 18:03 WIB

Sejak Januari, Rupiah Menguat 5,27 persen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowadojo memberikan sambutannya dalam diskusi “Tantangan Stabilitas Sistem Keuangan Pasca Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan” di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (30/5).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowadojo memberikan sambutannya dalam diskusi “Tantangan Stabilitas Sistem Keuangan Pasca Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan” di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah mengalami penguatan hingga 5,27 persen (year to date), sejak awal tahun hingga 13 Juli 2016.

Sedangkan pada hari ini, Kamis (14/6), berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di posisi Rp 13.088 per dolar AS atau menguat dari posisi kemarin sebesar Rp 13.095 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah stabil karena prospek ekonomi dalam negeri membaik dan meredanya gejolak eksternal," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, di Gedung DPR RI, Kamis (14/7).

Agus memaparkan, kondisi makro ekonomi domestik yang saat ini stabil, antara lain terjaganya inflasi dan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/ CAD) juga menjadi salah satu faktor pendukung rupiah menguat signifikan. Selain itu, iklim investasi Indonesia juga dinilai kondusif untuk menarik dana asing masuk ke dalam negeri.

Kendati begitu, ia menilai ada sejumlah faktor eksternal yang harus tetap diwaspadai akan dapat berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah ke depannya. Faktor eksternal tersebut datang dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Cina.

Di antaranya adalah ketidakpastian dari kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate) dan perkembangan ekonomi Cina. "Kemudian dampak pasca keputusan keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit) juga perlu terus dimonitor," katanya.

Ke depannya, ia berharap perekonomian Indonesia tetap akan bergerak positif. Hal ini seiring dengan dimulainya implementasi dari kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement