REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis pertumbuhan kredit di semester II 2016 akan mencapai double digit di kisaran 10-13 persen. Meski pertumbuhan kredit di semester I cenderung melambat.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Nelson Tampubolon mengatakan, prediksi tersebut dikarenakan banyak faktor yang dinilai akan mendorong pertumbuhan kredit di semester II. Pertama, disahkannya UU Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty yang dinilai akan mendorong aliran dana masuk ke dalam negeri.
"Itu akan menambah kemampuan bank untuk menyalurkan kredit. Bank tidak perlu khawatir soal masalah likuiditas, karena saat ini likuiditas tidak terlalu ketat," ujar Nelson di Gedung Soemitro Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, Selasa (12/7).
Kemudian, stabilnya fundamental ekonomi Indonesia. Meski kondisi ekonomi global saat ini sedang tertekan oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit/ Britain Exit), namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat tembus angka 5.000, dan rupiah menguat.
Hal ini menyebabkan modal masuk mengalir deras karena kepercayaan Internasional kepada Indonesia semakin besar. "Biarpun S&P belum menaikkan rating (investasi) kita, investor tidak terlalu menganggap itu sebagai kendala," kata Nelson.
Selain itu, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah, kata Nelson, dampaknya akan mulai terlihat di Semester II ini. Adapun 12 paket kebijakan ekonomi tersebut diharapkan akan membantu penyerapan di sektor riil. "Kalau paket begitu diumumkan tidak bisa langsung direspon oleh sektor riil, ada waktu jedanya. Kita harapkan semester II udah banyak. Regulasi (dari OJK) untuk mendorong itu tidak perlu. Sekarang bank sebenarnya tidak ada masalah. Dia wait and see, 12 paket kita haapkan bisa beri dorongan baru," tuturnya.
Nelson menambahkan, di semester II ini diprediksi kredit di sektor pertambangan akan mulai menggeliat. Hal ini karena harga kelapa sawit mulai meningkat.
Baca juga: Pembiayaan Bank Syariah Diproyeksikan Bisa Tembus 12 Persen