REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan kebijakan pengampunan pajak menjadi salah satu faktor penopang indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga menembus level 5.000 poin.
"Apresiasi tax amnesty mulai terlihat, sederhana saja, kebijakan itu menambah likuiditas. Lalu, tax amnesty juga dapat memperbaiki neraca pembayaran Indonesia," kata Tito di Jakarta, Jumat (1/7).
Ia mengemukakan bahwa rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto yang sebesar 30 persen terbilang sehat namun sayang pasar keuangannya tidak terlalu likuid.
"Dengan dana repatriasi hasil kebijakan tax amnesty kita tarik ke Indonesia, kita akan menjadi lebih sehat, neraca pembayaran bagus, inflasi terjaga, ekonomi membaik," kata Tito, menambahkan bahwa pintu masuk utama bagi dana repatriasi yakni perbankan, manajemen investasi, dan perusahaan efek.
"Hal-hal ini yang diapresiasi investor, asing juga sangat bullish terhadap pasar saham kita, bisa dilihat dalam lima hari terakhir yang mencatatkan beli bersih sekitar Rp 4 triliun," katanya.
Situasi itu nantinya akan menambah permintaan investasi di pasar modal. Dia juga mengemukakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merelaksasi aturan mengenai kontrak pengelolaan dana (KPD) berupa penurunan besar nilai investasi untuk setiap pemodal dari Rp 10 miliar menjadi Rp 5 miliar.
"KPD dikeluarkan OJK, dana yang masuk ke pasar modal melalui rekening dana nasabah (RDN) dapat dibekukan. Nantinya, akan terjadi demand, karena permintaan akan naik maka ada apresiasi harga di pasar," katanya.