REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) harus menyiapkan sedikitnya 2,5 miliar dolar AS per tahun untuk proses alih kelola Blok Mahakam dari operator saat ini, Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation. Investasi sebesar itu dilakukan salah satunya agar produksi di Blok Mahakam tetap terjaga.
Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto menjelaskan, pihak Total saat ini mulai menurunkan investasinya di Mahakam. Kondisi ini, lanjut Dwi, akan berujung pada anjloknya produksi minyak dan gas bumi di Mahakam pada 2017 mendatang saat blok ini sepenuhnya jatuh ke Pertamina.
"Ini sedang dibahas ada tim bersama dengan Total dari top management Total. Kita lihat investasi Total di Mahakam sudah banyak menurun dua tahun ini jika tidak ada action apa-apa 2018 akan turun drastis produksinya kita berharap 2017 sudah bisa action untuk investasi," ujar Dwi, Rabu (29/6).
Dwi menambahkan, dalam waktu dekat tim alih kelola Blok Mahakam juga akan melihat data historis dari sisi teknis dan keekonomian lapangan untuk menentukan nilai investasi di Blok Mahakam. "Normalnya setiap tahun butuh 2,5 miliar dolar kita lihat historisnya masa lalu seberapa besar kita bisa investasi," katanya.
Di sisi lain, Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berencana memangkas produksi gas di Blok Mahakam dari sebelumnya 1.611 barel setara minyak menjadi 1.572 barel setara minyak per hari. Alasannya, selain karena pasar gas yang lesu juga karena infrastuktur gas yang belum memenuhi kebutuhan produsen.